Soloraya
Sabtu, 4 Oktober 2014 - 17:30 WIB

IDUL ADHA 2014 : Khutbah di Solo, Pengurus MUI Ini Rekomendasikan Potong Tangan Koruptor

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang imam mengangkat kedua tangannya seraya membaca takbir saat menjalankan ibadah Salat Iduladha yang diadakan Ranting Muhammadiyah Keprabon di Pamedan Pura Mangkunegaran, Keprabon, Solo, Sabtu (4/10/2014). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat Anton Tabah memberi tujuh rekomendasi saat menyampaikan khutbah Idul Adha di lapangan parkir Gelora Manahan, Banjarsari, Solo, Sabtu (4/10/2014). Hukuman potong tangan hingga hukuman mati bagi para koruptor di negeri ini menjadi salah satu rekomendasi jenderal polisi purnawirawan itu.

Anton Tabah yang juga anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menyampaikan tujuh rekomendasi itu dihadapat ribuan orang jamaah Majelis Tafsir Alquran (MTA). Beberapa rekomendasi Anton Tabah lain di antaranya, jangan silau dan tertipu dengan dunia, kaji dan pahami Alquran agar sukses dunia akhirat, orang yang kaya kebohongan akan kehilangan rasa malu dan imannya, rasa malu harus disuburkan dengan hukum potong tangan, pemiskinan, dan penyitaan harta koruptor, dan sejumlah rekomendasi lainnya.

Advertisement

“Korupsi nominal Rp1 miliar dipotong pergelangan tangan. Korupsi Rp10 miliar dipotong tangannya sampai siku. Korupsi Rp10 miliar-Rp50 miliar dipotongan tangannya sampai pangkal pundah. Sedangkan barang siapa korupsi di atas Rp50 miliar dipotong kedua tangannya atau dihukum mati,” ujar dia dalam khotbah itu.

Anton juga menemani imam besar MTA, Ustaz Ahmad Sukina, meninjau pusat penyembelihan hewan kurban di SMA MTA Semanggi, Pasar Kliwon, Solo.

Sementara itu, warga Muhammadiyah Solo juga melaksanakan ibadah Salat Idul Adha 2014 secara serentak di 54 lokasi, Sabtu pagi. Pamedan Pura Mangkunegaran Solo menjadi salah satu arena bagi warga Muhammadiyah untuk menjalankan ibadah sunah itu. Ustaz Ibad Sutono didaulat pengurus Ranting Muhammadiyah Keprabon menjadi khatib.

Advertisement

Ibad Sutono menyampaikan hikmah atas kisah Nabi Ibrahim yang diperintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail, yang baru berusia 13 tahun, yang kemudian diganti dengan biri-biri. Kisah itu menunjukkan ketauladanan tiga tokoh, yakni Nabi Ibrahim sebagai sosok ayah dan suami yang taat sebagai representatif kaum tua, Ismail sebagai figur pemuda yang salih mengikuti perintah Tuhan dan orang tuanya, dan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, sebagai contoh ibu yang berhasil mendidikan anaknya.

“Ismail itu juga simbol dari harta benda dan simbol pengorbanan sebagai wujud ketaqwaan kepada Allah. Ismail juga menunjukkan kesabarannya menghadapi ujian dari Sang Khaliq. Sifat Ismail tak lepas dari upaya Siti Hajar dalam mendidiknya. Pendidikan pertama anak-anak itu ada di tangan ibu. Oleh karenanya kehancuran bangsa bermula dari kesalahan dalam pendidikan anak yang dilakukan para ibu,” tutur dia.

Dalam mimbar di panggung mini, Ibad mengajak jemaah untuk bertanggung jawab kepada diri dan keluarga masing-masing. Momentum Idul Adha, harap dia, menjadi tonggak untuk membenahi keluarga. “Ayah bisa berperan sebagai guru di keluarga. Ibu menjadi tempat keluhan anak-anaknya. Terakhir, para kaum muda teladanilah sosok Ismail!” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif