Soloraya
Senin, 7 Agustus 2023 - 15:05 WIB

Ikuti Kidung Agung, Para Pejabat Jalan Jongkok di Makam Joko Tingkir Sragen

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pejabat melakukan laku dodok saat memasuki kompleks Makam Ki Ageng Butuh dalam prosesi Kidung Agung Ki Ageng Butuh dalam Festival Benawi Sonten di Dukuh Butuh, Desa Gedongan, Plupuh, Sragen, Senin (7/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Para pejabat polisi, TNI, dan sipil tiba-tiba berjalan dengan cara jongkok atau laku dodok begitu memasuki pintu gerbang kompleks Makam Ki Ageng Butuh atau Makam Joko Tingkir di Dukuh Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Sragen, Senin (7/8/2023).

Mereka berjalan jongkok sembari membawa nampan kecil berisi bunga mawar. Mereka seperti datang menghadap raja karena di lokasi itu ada makam Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya. Laku dodok menjadi bagian dari prosesi Kidung Agung Ki Ageng Butuh.

Advertisement

Ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Benawi Sonten yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen bekerja sama dengan Indonesiana dari Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Festival Benawi Sonten itu dipusatkan di Dukuh Butuh, Desa Gedongan, Plupuh.

Prosesi itu dilakukan dengan kirab dari pinggir Bengawan Solo ke makam Ki Ageng Butuh yang tidak lain ayahanda Joko Tingkir. Ada dua sosok yang menjadi maskot dalam kirab itu, yakni sosok Ki Ageng Butuh yang diperankan Kepala Desa (Kades) Gedongan, Maryanto dan sosok Mbah Gedong yang diperankan Camat Plupuh, Edy Purwanto.

Advertisement

Prosesi itu dilakukan dengan kirab dari pinggir Bengawan Solo ke makam Ki Ageng Butuh yang tidak lain ayahanda Joko Tingkir. Ada dua sosok yang menjadi maskot dalam kirab itu, yakni sosok Ki Ageng Butuh yang diperankan Kepala Desa (Kades) Gedongan, Maryanto dan sosok Mbah Gedong yang diperankan Camat Plupuh, Edy Purwanto.

Perjalanan mereka diiringi prajurit dan putri serta para warga lainnya. Setelah berziarah ke Makam Ki Ageng Butuh, dilanjutkan atraksi Ki Ageng Butuh membatik balontang kasmaran, batik kuno khas Gedongan yang diinisiasi Ki Ageng Butuh.

“Ya, kirab itu mengisahkan Ki Kebo Kenanga yang juga Ki Ageng Butuh datang ke Butuh yang disambut Mbah Gedong yang merupakan sesepuh Desa Gedongan. Pertemuan itu terjadi sejak zaman Demak, sekitar abad ke-16. Jadi, Ki Ageng Kebo Kenanga membaur dengan masyarakat dengan mengubah nama menjadi Ki Ageng Butuh,” ujar juru kunci Makam Butuh, Muhammad Husen Aziz Aribowo, saat berbincang dengan wartawan di makam, Senin (7/8/2023).

Advertisement

Laku dodok itu merupakan adat keraton. Orang yang berziarah ke makam raja dilakukan seperti layaknya menghadap raja yang masih hidup, yakni jalan jongkok dari pintu gerbang masuk sampai ke lokasi makam,” ujar Aziz.

Laku dodok itu mengembalikan adat zaman dulu. Sekarang, menurut Aziz, orang berziarah tidak lagi menggunakan laku dodok karena menggunakan adat Islam pada umumnya, yakni datang mengucapkan salam dan masuk dengan sopan.

Keberadaan prajurit dan para putri merupakan bagian dari pangaombyong Ki Ageng Kebo Kenanga yang juga penguasa Keraton Pengging saat datang ke Butuh.

Advertisement

Aziz mengakui prosesi Kidung Agung Ki Ageng Butuh ini baru kali pertama digelar di kompleks Makam Butuh. Antusias masyarakat melihat acara itu cukup tinggi. Dia berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin tahunan.

“Istilahnya warga desa diajari Disdikbud Sragen mengemas kegiatan supaya bermanfaat bagi warga, seperti jualan dan pengunjung ramai. Biasanya pengunjung ramainya setiap Sabtu dan Minggu, tetapi hari ini [Senin] menjadi ramai dengan adanya event itu,” katanya.

Subkoordinator Cagar Budaya dan Koleksi Museum Disdikbud Sragen, Andjarwati Sri Sayekti, menyampaikan Festival Benawi Sonten ini diawali dengan Kidung Agung Ki Ageng Butuh. Ini adalah event yang menjabarkan prosesi bagaimana Ki Ageng Butuh menjadi ulama atau ngulama di Dukuh Butuh.

Advertisement

Ki Ageng Butuh melepaskan keningratannya dari Pengging kemudian berbaur dengan masyarakat bawah di Butuh untuk syiar agama Islam. “Rangkaian acaranya dua hari di Butuh dan satu hari di Tambak, Kematan Sidoharjo,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif