SOLOPOS.COM - Petani memanen cabai di Takeran RT 001/RW 003, Tlogolele, Selo, Boyolali, Minggu (12/3/2023). Harga cabai turun imbas dari hujan abu vulkanik erupsi Gunung Merapi. (Solopos/ Putut Hartanto)

Solopos.com, BOYOLALI — Harga cabai dan sayur mayur dari petani di Desa Tlogelele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, turun pada Senin (13/3/2023) imbas hujan abu vulkanik Gunung Merapi yang erupsi, Sabtu (11/3/2023) siang.

Salah satu petani cabai di Tlogolele, Giarti Sulestari, 26, mengungkapkan harga jual cabai rawitnya turun dari Rp60.000 per kilogram (kg) pada Minggu (12/3/2022) menjadi Rp55.000 per kg pada Senin pagi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Kemarin itu kan naik signifikan karena menjelang Ramadan. Kemarin kan masih harga Rp60.000 per kilogram, hari ini turun, harusnya ini naik terus,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di Desa Tlogolele, Senin.

Ia mengungkapkan kemungkinan terbesar penyebab turunnya harga cabai karena dampak hujan abu vulkanik Merapi yang erupsi pada Sabtu-Minggu. Cabai yang terkena hujan abu, tutur Giarti, memiliki warna yang tidak menarik sehingga menyebabkan harga jualnya turun.

Selain itu, kualitas cabai rawit dari Tlogolele, Boyolali, dianggap menurun karena kotor setelah diguyur hujan abu vulkanik Merapi. Giarti menceritakan cabai rawit sudah diisemprot oleh petani sebelum dipetik di pohon, tapi tetap tidak bisa bersih.

Lebih lanjut, walaupun turun, ia menyatakan harga tersebut masih tergolong tinggi karena harga normal biasanya di angka Rp30.000 per kilogram. Ia menambahkan tak hanya cabai rawit, cabai keriting juga harganya turun.

“Cabai keriting hari ini Rp25.000 per kilogram, kemarin bisa Rp30.000 per kilogram,” terangnya. Selain harga jual cabai yang turun, harga jual sayuran lain seperti kembang kol dan kubis juga terdampak abu Merapi.

Hal tersebut karena sangat sulit untuk membersihkan sayuran tersebut dari abu vulkanik. Ia mencoba menyiram air ke kembang kol akan tetapi tak kunjung bersih. Justru warnanya menjadi cokelat dan kotor.

“Harga kembang kol sebelumnya Rp6.000 per kilogram, sekarang jadi Rp3.500 per kilogram. Kubis biasanya Rp3.000 per kilogram jadi Rp1.500 per kilogram,” terangnya.

Lebih lanjut, Giarti menjelaskan aktivitas bertani masyarakat Tlogolele, Boyolali, masih normal meski sempat ada hujan abu dari Merapi. Walaupun begitu, petani juga membentengi diri dengan memakai masker, jas hujan, dan face shield. Cabai dan sayur mayur hasil ladangnya ia jual ke tengkulak.

Sementara itu, petani Tlogolele lainnya, Budi Haryono, 50, mengungkapkan harga cabai rawitnya turun dari Rp60.000 menjadi Rp52.000 per kilogram. “Ini turun karena imbas abu ini. Cabainya itu sebenarnya enggak busuk, bagus, cuma harus dicuci dan dibersihkan dulu,” ujarnya.

Tak hanya itu, harga sayuran lainnya seperti kembang kol dan kubis juga turun. Ia menyebut harga kembang kol di tempatnya pada Senin ini Rp2.750 per kilogram dari sebelumnya Rp6.000 per kilogram.

Budi berharap harga cabai dan sayur mayur bisa terus naik dan kondisi pertanian menjadi lebih baik. “Kalau bertani kan pakai masker, aman. Yang susah itu pas merumput karena abunya ke mana-mana,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya