SOLOPOS.COM - Ilustrasi ucapan Selamat Tahun Baru Imlek (Tionghoa.info)

Imlek 2016 di Solo diperingati dengan pesta kembang api yang dihadiri ribuan warga.

Solopos.com, SOLO – Ribuan warga memadati sepanjang Jl. Jenderal Sudirman (Jensud) hingga kawasan Pasar Gede Solo dalam perayaan Tahun Baru Imlek 2567/2016, Minggu-Senin (7-8/2/2016). D

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Warga berdatangan sejak Minggu pukul 18.00 WIB. Kian mendekati pukul 00.00 WIB, warga terus mendatangi kawasan Jensud-Pasar bak lautan manusia. Sebelum pesta kembang api, pengunjung dihibur dengan pentas liong, barongsai dan musik Koes Plus-an.

Sambil menunggu acara puncak, sebagian warga mengabadikan momen dengan berfoto ria berlatar belakang lampion di sepanjang jembatan Kali Pepe.

“Sambil menunggu pesta kembang api, kita foto-foto dulu. Hasil fotonya bagus seperti di China dengan latar belakang lampion,” kata warga Mojosongo, Heru Murdani.

Sementara di Klenteng Tien Kok Sie, umat Tri Dharma melaksanakan ritual keagamaan memperingati hari kelahiran Bi Lek Hud. Ritual diawali dengan penyucian rupang Bi Lek Hud atau disebut pula Budha Ketawa.

Prosesi penyucian dilakukan dengan menyiram air suci ke seluruh tubuh rupang Bi Lek Hud sembari memanjatkan doa. Bagi umat Tri Darma, penyucian mengandung makna setiap diri harus menyucikan hatinya sebagaimana sucinya Budha.

“Perayaan Imlek adalah merayakan hari lahir Bi Lek Hud,” kata pengurus Klenteng Tien Kok Sie, Henry Susanto, di sela-sela acara.

Henry menuturkan prosesi kemudian dilakukan dengan menyalakan lilin merah atau yang biasa disebut Thiam Ting sebagai simbol penerangan, kesehatan dan keselamatan dalam menyambut tahun baru kera api.

Tokoh kera api, menurut Henry, sebagai simbol sosok yang egois, licik dan menang sendiri. Dengan hadirnya kera api, diharapkan umat manusia selalu mawas diri dalam menjalani proses kehidupan.

“Tahun Baru Imlek ini diharapkan dapat menjadi ajang instropeksi atas apa yang telah dilakukan. Sifat-sifat yang menyerupai kera diharapkan tidak lagi ada dalam setiap diri manusia,” harapnya.

Henry menilai perayaan Imlek kali ini menunjukkan pluralisme di Indonesia. Hal ini terlihat dengan hadirnya seluruh elemen masyarakat di malam puncak Perayaan Imlek di Solo. “Imlek ini benar-benar milik semua,” imbuhnya.

Ketua Panitia Imlek Bersama, Sumartono Hadinoto, mengatakan pesta kembang api berlangsung selama 30 menit. “Imlek diterima masyarakat sebagai salah satu budaya di Indonesia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya