Soloraya
Rabu, 5 September 2018 - 09:15 WIB

Indahnya Bukit Ngaluwen Sragen Tempat Wisata Baru di Kaki Lawu

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN</strong> — Jalan berundak dengan kemiringan 90 derajat menyapa pengunjung di Bukin Ngaluwen, perbatasan Dukuh Ngaluwen dan Dukuh Gunung Gede, Desa Sukorejo, Sambirejo, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180704/491/925945/pemuda-boyolayar-sragen-ubah-alam-liar-jadi-wisata-eksotis" title="Pemuda Boyolayar Sragen Ubah Alam Liar Jadi Wisata Eksotis">Sragen</a>.</p><p>Tulisan "Wellcome to Bukit Ngaluwen" terpampang di gapura pintu dari kayu glugu yang menjadi gerbang menuju bukit. Jalan menanjak itu sepanjang 100 meter.</p><p>Ada tiga lincak bambu untuk beristirahat bagi pengunjung yang kecapaian mendaki. Di kanan kiri jalan selebar 1 meter itu bisa melihat tanaman nanas berbuah serta pohon jati yang menjulang tinggi.</p><p>Sesampainya di bukit terdapat hamparan kebun singkong yang tandus. Di pinggiran hamparan itu terdapat <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180618/491/922703/pengunjung-museum-sangiran-sragen-mengeluh-tak-nyaman" title="Pengunjung Museum Sangiran Sragen Mengeluh Tak Nyaman">menara swafoto</a> yang terbuat dari bambu. Ada pula gazebo mini yang diberi nama Gubuk Asmara.</p><p>Tempat ayunan dari besi dan bekas ban mobil juga tersedia di tempat itu. &ldquo;Tempat ini hanya pas Minggu dikunjungi para remaja. Ya, belum banyak tetapi dipastikan ada,&rdquo; ujar Darmo Wiyono, 76, warga Gunung Gede RT 007, saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em> di puncak bukit tersebut.</p><p>Darmo yang pernah menjadi tentara sukarelawan pada 1930-an itu memberanikan diri menaiki menara swafoto setinggi 3 meter. Di menara itu terdapat banyak sarana sebagai pelengkap berswafoto.</p><p>Kata-kata yang ditulis pada papan kayu, seperti I Love You, Korban PHP, Jomblo itu Bebas, Kalah Cepet, Pikir Keri, Move On, dan Atimu Ora Kaya Ayumu.</p><p>Dari menara itu, Darmo menunjukkan deretan bukit yang membentang di kaki Gunung Lawu. Setiap bukit memiliki nama sendiri, yakni Gunung Sigit, Gunung Pelem, Gunung Mindi, dan Gunung Manggisan.</p><p>Ada pula Bukit Herbal karena terdapat banyak tanaman jamu di bukit itu. Selain pemandangan perbukitan, Waduk Gebyar yang terletak di wilayah Desa Jambeyan, Sambirejo, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180317/491/903656/wisata-sragen-museum-sangiran-stagnan-warga-rintis-wahana-piknik-alternatif" title="WISATA SRAGEN : Museum Sangiran Stagnan, Warga Rintis Wahana Piknik Alternatif">Sragen</a>, juga terlihat dari menara itu.</p><p>&ldquo;Saat musim kemarau saja masih terlihat hijau. Kalau musim penghujan, pemandangannya lebih hijau lagi dan indah,&rdquo; kata Darmo.</p><p>Bukit Ngaluwen itu merupakan lahan milik pribadi yang digarap para pemuda yang tergabung dalam Karangtaruna Dukuh Ngaluwen. Mereka bergotong-royong membuat wahana swafoto tersebut dengan dorongan Kepala Desa (Kades) Sukorejo, Sukrisna, yang ingin menjadikan Sukorejo sebagai desa wisata.</p><p>Darmo meskipun sudah lanjut usia masih aktif di karangtaruna karena tidak ada seorang pemuda di keluarganya. &ldquo;Untuk mengisi kas karangtaruna, setiap pengunjung yang datang mengisi infak Rp2.000/orang,&rdquo; katanya.</p><p>Kades Sukorejo, Sukrisna, memang mendorong warganya memanfaatkan potensi alam sebagai sarana promosi desa wisata. Dia mendorong para pemuda Dukuh Ngaluwen untuk mengembangkan wisata di daerahnya, yakni Bukit Ngaluwen.</p><p>Selain di tempat itu, Sukrisna ingin mengembangkan tempat swafoto lainnya dekat Pasar Bembem. &ldquo;Menara swafoto yang kedua itu akan kami sinergikan dengan konsep pengembangan wisata air dan pemancingan di bawahnya. Itu menjadi program desa yang kini mulai dibangun,&rdquo; katanya.</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif