SOLOPOS.COM - Sejumlah warga yang berjasa memasang lampion di kawasan Pasar Gede Solo, Jumat (20/1/2023) malam. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Meskipun pesta Imlek berlangsung meriah. Atraksi lampion terus menyala sampai Cap Go Meh di Kota Solo. Keindahan lampion itu ternyata dibangun hanya dalam sepekan.

Pesta kembang api sudah lama tak tampak untuk Imlek Kota Solo. Kembalinya kembang api di langit Kota Bengawan menjadi tanda kemeriahan pesta tahun baru Imlek 2574, Minggu (23/1/2023).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kembang api menjadi atraksi pelengkap lampion yang terpasang di sepanjang Jl Jenderal Sudirman, Jl Jenderal Urip Sumoharjo, Jl R.E. Martadinata, dan Kali Pepe, Solo. Instalasi lampu menyala 10 Januari sampai 5 Februari 2023.

Sebelumnya, telah terpasang instalasi lampu Natal dan Tahun Baru 2023 di lokasi yang sama 1 Desember sampai 31 Desember, termasuk beberapa lampu terpasang di Jembatan Jl Urip Sumoharjo.

Instalasi lampu Natal dan Tahun Baru 2023 diganti dengan lampion menjelang Imlek. Butuh waktu kira-kira sepakan atau sampai 8 Januari 2023 untuk uji coba penyalaan sekitar 4.000 sampai 5.000 lampion.

Tak banyak orang menyadari proses pemasangan lampion. Pantauan Solopos.com ada progres pemasangan lampion saban hari. Seolah tiba-tiba lampu bertambah ketika melintasi kawasan Pasar Gede.

Ada sembilan orang yang bertugas memasang lampion, yakni Agus Triono, 28, Tulus Andriyanto, 38 Hasto Utomo, 28, Sutarno, 38, Tardi  CT, 44, Anggit Apriyanto, Muhammad Nur, Rendy Irene Dekor, dan Wagimin, 57. Mereka memasang lampion, kecuali instalasi shio dan gapura.

Tulus menjelaskan proses awal memasang lampion dengan memasang seling atau rangka lampion di atas jalan dan Kali Pepe. Konsep lampion tak beragam seperti Imlek sebelumnya karena waktu yang mepet, namun lampion tetap membuat meriah kawasan Pasar Gede Solo.

“Meskipun sudah dipasang, namun dipandang tidak bagus kami ubah [rangka untuk menggantung lampion]. Kami memasang tanpa bantuan alat seperti crane, namun memakai scaffolding saja,” kata dia berbincang dengan Solopos.com di depan Kelenteng Tien Kok Sie.

Selain waktu yang terbatas, mereka harus berhadapan dengan kondisi perubahan cuaca. Cuaca hujan maupun sengatan sinar matahari tak menghalangi mereka menyelesaikan rangkaian lampion siang malam.

Tulus mengatakan ada yang memakai jas hujan ada juga anggota yang tidak mengenakan jas hujan waktu hujan. Selain itu, Tulus dan teman-temannya harus memasang lampion di atas Kali Pepe untuk wahana perahu hias. Memasang lampion di atas sungai lebih sulit dari di atas jalan raya.

Adapun Tulus dan teman-temannya memiliki profesi yang berbeda-beda, antara lain, karyawan PLN hingga buruh bangunan. Mereka bekerja memasang lampion setiap tahun di Kota Solo di sela-sela kesibukan bekerja.

Mereka bukan lah warga Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo. Mereka juga bukan umat Kelenteng Tien Kok Sie. Semangat toleransi yang menguatkan upaya mereka ikut menyemarakkan Imlek.

“Saya pribadi itu kepercayaan Konghucu, namun kami ada toleransi. Kenapa enggak kalau memang kami dibutuhkan,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, pemasangan lampion berdampak positif kepada penghasilan keluarga yang terlibat dalam bazaar. Ada warga yang mendapatkan penghasilan tambahan dari menggelar lapak selama penyalaan lampion.

Salah satu umat Kelenteng Tion Kok Sie, Hendri, menjelaskan Kelenteng Tien Kok Sie sejak awal memasang lampion pada momen Imlek namun hanya di depan kelenteng.

Komunitas Paguyuban Pasar Gede, Kelenteng Tien Kok Sie, dan warga Sudiroprajan bergabung membuat event menghias kawasan Pasar Gede Solo sekitar 2007.

“Sudiroprajan terkenal dengan akulturasi budaya. Dengan adanya event ini kami ingin angkat akulturasi Sudiroprajan. Akulturasi harus didengungkan dan sampaikan kepada semua orang, mari menjaga NKRI dengan bersama,” jelasnya.

Menurut dia, warga Sudiroprajan sudah tidak bisa dibedakan mana Jawa dan Tionghoa sehingga sudah menjadi satu kesatuan. Grebeg Sudiro selalu mengusung tema besar kebersamaan setiap tahun.

Hendri mengatakan perayaan Imlek di Kota Bengawan dari tahun ke tahun cukup baik, yakni Imlek menjadi perayaan milik masyarakat. Semua orang menikmati dan larut dalam kegembiraan Imlek.

Adapun Tahun Baru Imlek 2574/2023 membawa makna tersendiri bagi Henri. “Imlek adalah refleksi kemarin setelah setahun ini apa yang kami lakukan, untuk tahun depan bisa lebih baik,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya