Soloraya
Rabu, 12 Juni 2024 - 20:41 WIB

Industri Kerajinan Kipas-Dompet Klaten Bangkit Lagi, Kini Banjiri Pasar Bali

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin di Desa Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo, Klaten, merampungkan pembuatan kipas di tempat usahanya, Rabu (12/6/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Salah satu potensi kerajinan di Klaten yakni kerajinan kipas serta dompet asal Kecamatan Polanharjo, yang sempat terpuruk saat pandemi Covid-19 kini mulai bangkit lagi. Produknya bahkan sudah membanjiri pasar Jakarta dan Bali.

Sentra perajin kipas serta dompet itu terutama berada di wilayah Desa Keprabon serta Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo. Salah satunya tempat usaha kerajinan kipas dan dompet di Dukuh Sirukun, Desa Kebonharjo, milik Surani, 51.

Advertisement

Pesanan datang dari para pedagang maupun perorangan. Hasil kerajinan kipas serta dompet biasa digunakan untuk suvenir saat acara hajatan serta dipasarkan di tempat wisata. Di antaranya yang sedang ramai yakni pesanan dompet untuk dipasarkan di wilayah Bali.

Dalam dua hari, tempat usaha milik Surani bisa memproduksi 1.000 kipas maupun dompet. Surani menjelaskan permintaan sebenarnya melonjak sejak memasuki kemarau tahun ini atau selepas Lebaran lalu.

Advertisement

Dalam dua hari, tempat usaha milik Surani bisa memproduksi 1.000 kipas maupun dompet. Surani menjelaskan permintaan sebenarnya melonjak sejak memasuki kemarau tahun ini atau selepas Lebaran lalu.

“Permintaan sebenarnya banyak. Tetapi kami terkendala bahan baku. Terutama bambu untuk bagian gagang. Karena tidak setiap saat bahannya selalu tersedia,” jelas Surani saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (12/6/2024).

Dalam proses produksi kipas, Surani memberdayakan warga sekitar. Mayoritas dikerjakan di rumah masing-masing warga. Ada yang memotong kain, membuat garan (gagang), mengelem, dan lain-lain. Setidaknya ada 30 orang yang membantu Surani menyiapkan bahan-bahan tersebut dan dikerjakan dari rumah.

Advertisement

Oleh-oleh dan Suvenir

Selain menjadi oleh-oleh serta suvenir, Surani juga kerap menerima pesanan undangan dalam bentuk kipas lipat. Pesanan itu biasanya datang dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Surani membenarkan usaha kerajinan kipas sudah digeluti warga secara turun temurun. Dulunya, gagang kipas menggunakan tanduk kerbau. Lantaran bahan bakunya semakin sulit didapat, ia beralih menggunakan bambu.

Surani bersama suaminya, Asmono, sudah menjalankan usaha tersebut sejak 16 tahun lalu. Saat masa pandemi Covid-19 antara 2020-2021, tempat usaha milik Surani serta usaha kerajinan kipas lainnya sempat terpuruk.

Advertisement

Saat itu sempat ada pembatasan kegiatan termasuk larangan menggelar kegiatan hajatan dengan mengundang banyak orang serta larangan objek wisata buka. “Dulu sempat anjlok karena pandemi. Sempat ganti usaha sortir cabai. Kemudian sedikit-sedikit ada pesanan lagi setelah pernikahan boleh kembali digelar di gedung,” kata Surani.

Salah satu perajin, Sri Lestari, 54, mengatakan sudah puluhan tahun membantu proses produksi kipas di tempat Surani. Dari rumahnya, Tari bertugas memotong kain sesuai mal dan disetorkan ke tempat usaha milik Surani.

Dalam sehari rata-rata dia bisa memotong kain untuk 30 kodi. “Alhamdulillah bisa untuk bantu-bantu keuangan keluarga bisa sambil mengurus rumah,” kata Tari.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif