SOLOPOS.COM - Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya (tengah, baju batik), Dirut Gujati 59, Agung Susena (dua dari kiri) bersama tamu undangan minum jamu bersama sebelum peresmian Taman Djamoe Gujati 59, Rabu (17/5/2017). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Industri Sukoharjo, pengusaha jamu kesulitan bahan baku saat musim penghujan.

Solopos.com, SUKOHARJO — Ketersediaan bahan baku jamu di wilayah Sukoharjo masih kurang untuk memenuhi kebutuhan produksi jamu. Untuk menutup kekurangan, pengusaha mencari bahan baku jamu sampai ke Lampung.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku karena banyak lahan tidur yang tak digarap masyarakat. Akibatnya lahan dibiarkan tidak produktif dan pemilik lahan tidak bertambah sejahtera.

Atas dasar itulah, perusahaan jamu Gujati 59 di Desa Gupit, Kecamatan Nguter, mengajak masyarakat Desa Gupit menanam pohon jamu herbal di lahan pekarangan mereka. Saat musim penghujan, kebutuhan bahan baku didatangkan dari Lampung dan Yogyakarta tetapi di saat musim kemarau kebutuhan bahan baku dipenuhi dari internal seperti Wonogiri dan Sukoharjo.

Pernyataan itu disampaikan Direktur Utama Gujati 59, Agung Susena, seusai peresmian Taman Djamoe Gujati 59 di kompleks pabrik jamu miliknya, Rabu (17/5/2017). Peresmian taman dilakukan Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya dan dihadiri artis nasional Pong Harjatmo, pejabat pemerintah kabupaten, Camat Nguter Sumarno, Danramil 02/Nguter Kapten (Inf) Bahrun, dan Kapolsek Nguter AKP Didik Noer T.J.

Ada yang unik saat peresmian Taman Djamoe Gujati 59. Biasanya peresmian ditandai pengguntingan pita atau untaian bunga. Tetapi pada kesempatan itu yang dipotong adalah untaian empon-empon jahe.

“Kendala bahan baku saat musim penghujan seperti kemarin. Bahan baku didatangkan dari Lampung dan DIY karena bahan baku dari Kismantoro dan Pracimantoro, Wonogiri, tidak bisa tumbuh standar karena kebanyakan air,” kata Agung.

Agung menjelaskan taman jamu seluas 850 meter itu untuk lokasi penelitian dan edukasi mulai dari anak sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi (PT). Ada ribuan jenis tumbuhan di Indonesia yang layak untuk bahan obat herbal atau jamu tradisional nonbahan kimia.

“Gujati 59 telah memiliki 156 jenis tanaman di taman jamu. Kami berencana memenuhi 300 jenis tanaman jamu tetapi Bupati menghendaki penanaman tanaman jamu menjadi 600 jenis.”

Lebih lanjut, Agung menyatakan penambahan tanaman akan ditanam pada musim penghujan yang diprediksi Oktober dan November. “Tidak semua jenis tanaman obat bisa ditanam di Jawa. Misalnya tanaman purwaceng tidak bisa tumbuh bagus di Jawa karena membutuhkan iklim dingin. Namun, jenis tanaman purwaceng tetap ditanam di taman jamu untuk menambah koleksi agar generasi muda paham berbagai tanaman obat,” jelasnya.

Pada bagian lain Agung mengatakan akan mengembangkan tanaman obat keluarga (toga) dengan melibatkan tim penggerak PKK Desa Gupit. “Gujati 59 akan memfasilitasi bibit tanaman untuk ditanam warga Desa Gupit.

Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, sebelum menandatangani prasasti peresmian taman jamu menegaskan Sukoharjo telah dicanangkan menjadi Kabupaten Jamu. “Produk Jamu Sukoharjo telah dikenal di dunia internasional. Ide-ide Pak Agung [Dirut Gujati 59] untuk melibatkan masyarakat menanam toga merupakan upaya luar biasa. Kami dukung rencana Gujati menambah koleksi toga,” katanya.

Bupati berjanji memberikan bantuan senilai Rp40 juta. “Dana bantuan bisa dibagi sehingga lingkungan ke Pabrik Gujati terlihat sentra tanaman obat herbal. Kami minta 900 jenis tanaman obat yang sudah populer lengkap ada di Gujati, Sukoharjo.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya