SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Solopos/Antara)

Inflasi Boyolali tahun 2016 cukup rendah yakni 2,27%.

Solopos.com, BOYOLALI — Kabupaten Boyolali menjadi kabupaten dengan inflasi cukup rendah di tahun 2016, yakni 2,27% (yoy). Persentase tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi Jawa Tengah maupun nasional.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Hal itu disampaikan Bupati Boyolali Seno Samodro saat menjadi pembicara pada acara Capacity Building TPID se-Jawa Barat yang diselenggarakan di Hotel Luxton Cirebon, Kamis (25/1/2018).

Selain Seno, ada tiga narasumber lain yakni anggota Komisi XI DPR Kardaya Sarnika dan Amin Santono, serta Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Jawa Tengah, Budiyanto Eko Purwono.

“Inflasi yang terkendali merupakan salah satu syarat dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Boyolali menjadi kabupaten dengan capaian inflasi cukup rendah di tahun 2016, yakni 2,27%,” ujarnya sebagaimana disampaikan dalam rilis Pemkab, Jumat (26/1/2018).

Menurutnya, pembangunan di kabupaten yang dikenal dengan kota susu ini tidak hanya mengandalkan APBD, namun juga penerapan konsep business friendly dengan menata iklim investasi yang kondusif, penataan regulasi dan konsep pelayanan one stop service.

Di Boyolali juga telah dikembangkan berbagai program dan inovasi sehingga mampu membantu pengendalian inflasi tersebut. Di antaranya perlindungan lahan pertanian dan konsep smart city yang membangun dan mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi.

Sementara itu, dipilihnya Seno sebagai pembicara karena Boyolali meraih penghargaan sebagai Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Berprestasi tingkat Kabupaten/Kota wilayah Jawa.

Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan dalam rangka mencapai inflasi lebih rendah dan stabil tidak hanya dilakukan TPI di tingkat pusat tapi juga yang ada di daerah Kabupaten/Kota.

“80 Persen sumber inflasi itu ada di daerah,” terangnya.

Wiwiek berpesan perlunya menjaga inflasi karena bisa menurunkan daya beli masyarakat, menghambat investasi, dan penurunan kegiatan saving (menyimpan dana/menabung).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya