Soloraya
Minggu, 22 Januari 2017 - 01:30 WIB

INFRASTRUKTUR BOYOLALI : Pembangunan Jembatan Bandung-Kedungpilang Paling Cepat 2018

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berkerumun di lokasi jembatan yang putus di Dukuh Bandung Kulon, Desa Bandung, Kecamatan Wonosegoro, Jumat (20/1/2017). (JIBI/Solopos/Istimewa)

Infrastuktur Boyolali yakni jembatan bandung-Kedungpilang putus.

Solopos.com, BOYOLALI — Pemerintah Kabupaten Boyolali menyatakan pembangunan kembali jembatan penghubung Desa Bandung dengan Desa Kedungpilang, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, yang terputus bisa dilakukan paling cepat tahun 2018.

Advertisement

Jembatan tersebut putus akibat tergerus aliran anak Sungai Serang pada Jumat (20/1/2017) siang. Kepala DPU-PR Boyolali, M. Qodri, saat meninjau kondisi jembatan putus, Sabtu (21/1/2017), menjelaskan sesegera mungkin DPU-PR akan membantu membuat gambar teknis konstruksi jembatan baru yang secara teknis lebih kuat.

Kendati demikian, anggaran pembangunan jembatan baru paling cepat akan diusulkan kepada Bupati Boyolali melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan tahun ini dan paling cepat dikerjakan tahun 2018.

“Karena yang namanya bangun jembatan juga lihat kondisi musim. Kalau hujan terus kan ndak bisa digarap jadi paling cepat dikerjakan 2018,” kata Qodri. DPU-PR juga akan membuatkan draft sementara untuk pembangunan jembatan darurat.

Advertisement

Seperti diketahui, akibat putusnya jembatan di Dukuh Bandung Kulon, Desa Bandung, Wonosegoro, masyarakat di dua dukuh yakni Dukuh Cengklik dan Dukuh Kulon Kali menjadi terisolir. Di Dukuh Cengklik ada 45 kepala keluarga (KK) dan di Dukuh Kulon Kali ada 50 KK.

Mereka harus mencari jalan alternatif memutar dengan jarak 5 kilometer hingga 10 kilometer untuk bisa menjangkau fasilitas-fasilitas publik seperti sekolahan.

Kepala Desa Bandung, Handoyo, menjelaskan jembatan di Dukuh Bandung Kulon dibangun secara swadaya oleh masyarakat pada tahun 1994-1995. Usianya sudah lebih dari 20 tahun.

Advertisement

Menurut dia, jembatan tersebut putus karena di bawah jembatan ada sampah pohon bambu yang cukup banyak yang menyebabkan aliran air sungai tersumbat.

“Akibatnya fondasi jembatan tergerus aliran air yang sangat deras. Kebetulan akhir pekan lalu aliran sungai meluap karena hujan sangat deras,” kata Handoyo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif