SOLOPOS.COM - Kondisi trotoar Jl. Bhayangkara depan Museum Keris Nusantara yang pada jalur khusus tunanetra terpasang tiang listrik, Sabtu (27/1/2018). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Komunitas difabel di Solo menagih janji Pemkot memperbaiki trotoar.

Solopos.com, SOLO – Komunitas difabel di Solo menagih janji Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk memperbaiki trotoar di Kota Bengawan yang dianggap belum ramah difabel.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Koordinator Komunitas Difabel Self Health Group (SHG) Solo, Sugian Noor, kecewa ternyata kondisi trotoar Jl. Bhayangkara depan Museum Keris Nusantara maupun Jl. dr. Moewardi belum diperbaiki padahal beberapa waktu lalu sudah dikomentari lewat pemberitaan media massa bahwa trotoar tersebut tidaklah ramah difabel.

“Saya melihat belum ada perubahan pada fasilitas trotoar di Jl. Bhayangkara apalagi yang Kota Barat [Jl. dr. Moewardi]. Sayang sekali. Kondisi trotoar masih dibiarkan belum ramah difabel. Janjinya dulu mana?” kata Sugian Noor kepada , Senin (19/2/2018).

Sugian Noor beberapa waktu lalu menyatakan menemukan guiding block di Jl. Bhayangkara depan Museum Keris Nusantara yang berfungsi menuntun penyandang tunanetra terhalang tiang listrik. Hal itu juga menghambat ruang gerak penyandang tunadaksa khususnya pengguna kursi roda. Dia juga menemukan trotoar Jl. Adi Soemarmo tidak ramah difabel karena tugu dibangun di tengah jalur.

“Temuan terbaru adalah perbaikan city walk Jl. Slamet Riyadi. Saya merasakan sendiri pengalaman sulit masuk ke city walk dari badan jalan. Bisa dicoba di seberang YPAC atau depan Solo Grand Mall. City walk dibangun terlalu tinggi, kurang memperhatikan ketinggian jalannya,” jelas Sugian Noor yang merupakan pengguna kursi roda.

Sebelumnya dalam wawancara Juli 2017, Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Solo, Taufan Basuki Supardi, mengakui tidak semua proyek pembangunan jalur pedestrian di Solo dikerjakan dengan sempurna. (baca: Tiang Listrik di Jalur Tunanetra Ini Bikin Komunitas Difabel Meradang)

Pihaknya berkomitmen mengupayakan pembenahan terhadap seluruh jalur pedestrian di Kota Solo hingga mampu memenuhi standar ramah difabel.

Lebih lanjut, Sugian Noor meminta Pemkot sungguh-sungguh dalam memperhatikan hak-hak kaum difabel maupun masyarakat pada umumnya. Dalam kasus perbaikan trotoar, dia menilai, Pemkot tidak dibenarkan jika menggunakan alasan kawasan tersebut jarang ditemui pejalan kaki sehingga bisa membangun trotoar seadanya.

Ketua Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) DPD Solo, Ahmad Halim Yulianto, mengapresiasi langkah Pemkot yang telah berupaya menyediakan jalur khusus bagi penyandang tunanetra di sejumlah proyek pembangunan jalur pedestrian baru di Solo. Namun, menurut dia, penyediaan jalur khusus tersebut seharusnya bukan hanya sebatas formalitas.

“Jika ada tiang listrik berada di tengah jalur timbul, pemerintah tidak perlu susah-susah memindah tiang listrik itu. Pemerintah hanya perlu mengubah arah jalur khusus tersebut. Sebelum sampai tiang, jalur bisa dibelokkan ke arah kanan atau kiri. Setelah itu, penataan jalur bisa dikembalikan ke arah semula. Meski agak susah, kami bisa menyesuaikan kondisi tersebut. Namun, tentu lebih baik jika jalur timbul dibuat lurus dan tidak terputus-putus. Tidak kalah penting, jalur mesti steril dari aktivitas PKL dan parkir,” tutur Halim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya