SOLOPOS.COM - Anak-anak bermain air yang menggenangi viaduct Gilingan, Solo, Minggu (2/10/2016). Genangan akibat hujan deras tersebut berasal dari luapan Kali Anyar. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Solo, Pemkot Solo berencana menguruk viaduk Gilingan untuk mengatasi persoalan banjir di jalur tersebut.

Solopos.com, SOLO — Setelah proyek pembangunan underpass di Viaduk Gilingan batal dikerjakan, Pemkot kini berencana menutup viaduk tersebut. Penutupan dilakukan dengan menguruk viaduk sebagai langkah mengatasi persoalan banjir di kawasan itu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Rencana penutupan viaduk Gilingan disampaikan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo ketika berbincang dengan wartawan di rumah dinas wali kota Loji Gandrung, Senin (26/12/2016). Wali Kota segera mengonsultasikan rencana penutupan viaduk ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

“Kalau viaduk ditimbun lebih baik. Tidak mungkin banjir lagi. Tapi negatifnya akan ada perlintasan sebidang,” kata dia.

Selama ini, viaduk Gilingan kerap banjir saat diguyur hujan deras sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Kondisi ini disebabkan posisi ketinggian drainase lebih rendah dibanding sungai di sana.

Rudy khawatir jika pembangunan underpass viduk Gilingan dipaksakan akan seperti underpass Makamhaji yang selalu kebanjiran dan harus memompa air untuk dibuang ke aliran sungai. “Kalau ditimbun biayanya lebih sedikit juga tidak akan kebanjiran lagi,” katanya.

Rudy, sapaan akrabnya, mengatakan kawasan viaduk Gilingan nanti menjadi perlintasan sebidang. Pemkot tinggal memasang palang pintu perlintasan untuk keamanan lalu lintas di sana. Apalagi frekuensi kereta api yang melintas relatif kecil sehingga tidak masalah jika ada perlintasan sebidang.

“Nanti bisa diusulkan juga supaya dibuat flyover di sana. Itu lebih baik dibanding underpass,” katanya.

Rudy mengatakan beberapa kendala dalam pembangunan underpass itu menjadi pertimbangan tersendiri bagi Pemkot. Pemerintah pusat diharapkan mengkaji ulang rencana pembangunan underpass tersebut.

Rudy menilai membangun flyover dinilai lebih realistis dan hemat dari segi perawatan dibanding membangun underpass. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo Endah Sitaresmi Suryandari mengatakan ada beberapa persoalan teknis dan nonteknis yang harus diselesaikan sebelum merealisasikan underpass di viaduk Gilingan.

Sita mencontohkan persoalan nonteknis sosialisasi kepada warga setempat. Menurut dia, membutuhkan waktu untuk menyosialisasikan rencana pembangunan underpass. Sosialisasi meliputi pula detail engineering design (DED) pembangunan underpass meliputi lebar dan ketinggian serta lain sebagainya.

Belum lagi sosialisasi kemungkinan adanya tanah warga yang terkena proyek tersebut. “Kalau underpass bisa memakan lahan warga. Jadi masalah nonteknis ini yang butuh waktu,” katanya.

Sita mengatakan revitalisasi viaduk Gilingan mendesak dilakukan mengingat selama ini viaduk tidak bisa dilalui bus ber-AC maupun truk bertonase besar. Kendaraan tersebut terpaksa dialihkan melalui Jl. S. Parman dan Jl. Monginsidi. Bahkan, beberapa kasus bus ber-AC nekat melintas di kawasan itu hingga menyebabkan badan bus terjebak palang besi tepat sebelum masuk ke viaduk Gilingan.

“Ketinggian viaduk memang di bawah standar sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Lalu lintas dan Jalan Raya yang menyebut ketinggian minimal viaduk 4,2 meter,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya