SOLOPOS.COM - Kepala Desa (Kades) Tawang, Kecamatan Weru, Sukoharjo, Maryanto, memperlihatkan talut permanen di Sungai Siluwur yang ambrol, Selasa (4/4/2017). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Sukoharjo, warga dan pamong Desa Tawang akan bekerja bakti memasang karung pasir di talut yang ambrol.

Solopos.com, SUKOHARJO — Penanganan darurat talut Sungai Siluwur yang ambrol di Desa Tawang, Kecamatan Weru, Sukoharjo, dilakukan dengan pemasangan barikade karung berisi tanah. Langkah ini untuk mencegah laju erosi sungai saat hujan lebat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Talut sungai yang ambrol sepanjang lebih dari 40 meter mengancam ratusan rumah penduduk dan lahan pertanian di Desa Tawang, Weru, Sukoharjo dan Desa Balak, Cawas, Klaten. Talut itu berpotensi jebol jika turun hujan lebat selama berjam-jam.

Apabila talut jebol air sungai langsung menggenangi rumah penduduk di dekat sungai. Kepala Desa Tawang, Maryanto, mengatakan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Balak, Kabupaten Klaten, untuk menentukan langkah penanganan darurat di lokasi talut ambrol.

Maryanto juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sukoharjo. “Tadi pagi [Rabu] petugas dari Dinas PUPR Sukoharjo telah menyurvei ke lokasi talut ambrol. Sebelumnya, petugas BBWSBS melakukan hal serupa pada Selasa [4/4/2017],” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (5/4/2017).

Maryanto telah meminta karung yang akan diisi tanah ke Dinas PUPR Sukoharjo. Karung berisi tanah bakal dipasang di lokasi talut yang ambrol untuk menahan gerusan erosi sungai. Butuh ratusan karung tanah lantaran kondisi talut yang ambrol cukup parah.

Rencananya, lanjut Maryanto, warga setempat dan pamong desa bakal bekerja bakti memasang barikade karung tanah di lokasi talut ambrol pada Minggu (9/4/2017). “Sekarang mayoritas warga bekerja dan tak berada di rumah. Jadi waktu paling efektif untuk kerja bakti memasang karung tanah di talut ambrol pada Minggu,” terang dia.

Talut itu dibangun BBWSBS pada awal 2016. Sebelum dibangun talut permanen, tebing tanah di lokasi itu kerap longsor. Karena itu, solusi alternatifnya adalah menormalkan sungai dengan mengeruk sedimen atau meluruskan alur sungai.

Sementara itu, seorang warga Dusun Titang, Desa Tawang, Suhanto, mengatakan rumah penduduk di sekitar lokasi talut ambrol menjadi daerah langganan banjir. Saat hujan lebat, air sungai kerap meluap dalam hitungan menit dan menggenangi rumah penduduk dan jalan perkampungan.

Warga setempat meminta agar instansi terkait segera menormalkan sungai agar alur sungai tak berbelok-belok. “Talut permanen saja bisa ambrol, pemasangan barikade karung tanah hanya bersifat sementara. Harus ada solusi permanennya yakni normalisasi sungai,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya