SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa SMA-SMK di Indonesia. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 65% lulusan SMP/MTs di Wonogiri melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Hal itu disebut lantaran banyak orang tua di Wonogiri menginginkan anak mereka segera bekerja setelah tamat pendidikan menengah kejuruan.

Selain itu juga karena para orang itu kesulitan membiayai pendidikan anak sampai kuliah di perguruan tinggi. Sehingga apabila ingin melanjutkan kuliah, si anak mesti mencari biaya sendiri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pada tahun ajaran 2022/2023, jumlah SMA di Wonogiri sebanyak 22 sekolah dengan total jumlah siswa sejumlah 11.180 anak.

Sedangkan jumlah SMK di Kota Sukses ada 46 sekolah dengan total jumlah siswa sebanyak 20.846 anak. Data tersebut menunjukkan dari total siswa SMK dan SMA yang sejumlah 32.026 anak, 65 persennya sekolah di SMK.

Salah satu siswa SMK di Wonogiri, Dea Alfia, mengaku masuk SMK karena dorongan orang tua. Orang tua Dea menginginkannya segera bekerja begitu selesai sekolah kejuruan.

Orang tuanya menganggap mereka yang lulus dari sekolah SMK lebih mudah mencari kerja dibandingkan lulusan SMA. Menurut Dea, orang tuanya berpikir demikian karena memang mereka tidak ada niat untuk melanjutkan pendidikan Dea ke perguruan tinggi.

Alasan ekonomi menjadi penyebabnya. Orang tua Dea sebenarnya tidak melarangnya kuliah. Tetapi hal itu harus atas biaya Dea sendiri.

“Teman-teman saya di SMK juga banyak yang begitu. Sekolah di SMK biar bisa langsung bekerja karena orang tua kurang mampu kalau membiayai anaknya melanjutkan ke pendidikan tinggi,” kata Dea saat ditemui Solopos.com di kawasan kota Wonogiri, Senin (10/7/2023).

Kuliah Harus Pakai Biaya Sendiri

Dea yang mengambil jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran itu sebenarnya juga ingin melanjutkan kuliah. Menurutnya, lowongan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya banyak yang mensyaratkan minimal pendidikan sarjana.

Setelah lulus sekolah kejuruan, dia berencana bekerja sembari kuliah atau bekerja terlebih dahulu kemudian kuliah. “Rata-rata, anak-anak SMK yang memang ingin kuliah biasanya begitu, setelah lulus, mereka bekerja kemudian kuliah. Soalnya kan bisa pakai biaya sendiri, enggak minta orang tua lagi,” ujar dia.

Hal yang sama disampaikan Cristina Kusuma Wardani. Siswa kelas XII salah satu SMK di Wonogiri itu memilih sekolah kejuruan dengan pertimbangan agar bisa lebih cepat mendapatkan kerja. Padahal, menurutnya meski lulusan SMK tetap saja sulit mendapatkan kerja.

Lulusan SMK tetap harus mencari dan melalui segala tahapan seleksi yang tidak mudah untuk diterima kerja. “Orang tua inginnya setelah lulus biar cepat dapat kerja. Tapi sejujurnya aku pengin kuliah habis lulus. Lihat saja nanti bagaimana,” ujarnya.

Tina menyebut lulusan SMK di Wonogiri memang banyak yang terserap dunia kerja, tetapi lebih banyak di luar Wonogiri. Mereka banyak bekerja di perusahaan-perusahaan yang biasanya sudah bekerja sama dengan SMK. 

Dea dan Tina merupakan sebagian sangat kecil siswa SMK yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka khawatir tidak bisa menggapai impian itu karena terkendala biaya. Mereka tahu, ada sejumlah beasiswa yang bisa meringankan biaya kuliah, salah satunya beasiswa Bidikmisi.

Program Beasiswa

Tetapi mereka mengaku cukup kesulitan karena siswa SMK cukup sulit diterima di perguruan tinggi tanpa jalur tes tertulis atau jalur undangan. Hal itu dilihat dari sedikitnya alumni SMK yang diterima perguruan tinggi melalui jalur tersebut.

“Kalau ikut ujian seleksi, apa yang diujikan itu banyak yang tidak kami dapatkan di sekolah karena kami lebih fokus mendapatkan materi kejujuran,” imbuh Tina.

Sementara itu, Pemkab Wonogiri menyediakan beasiswa bagi pemuda berprestasi yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka diberi bantuan biaya senilai Rp12 juta/tahun/anak. Pada 2022 lalu, Pemkab menganggarkan Rp7,5 miliar untuk program tersebut dengan penerima beasiswa sebanyak 618 anak.

Pada 2023 ini, anggaran program tersebut baik menjadi Rp10 miliar. Dengan begitu jumlah penerima juga akan naik menjadi sekitar 833 penerima.

Wakil Kepala SMKN 1 Pracimantoro, Bambang, mengatakan antusiasme masyarakat Wonogiri untuk bersekolah di SMK sangat tinggi. Hal itu karena mereka ingin begitu selesai menamatkan sekolah menengah bisa mendapatkan kerja. 

“Kalau melihat latar belakang ekonomi keluarga siswa SMK, memang mereka banyak dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Makanya mereka masuk SMK biar bisa cepat kerja. Kalau yang ingin kuliah, biasanya mereka kerja dulu, baru kuliah dengan uang hasil kerja sendiri itu,” kata Bambang.

Sementara itu, lulusan SMP/MTS pada tahun ajaran 2022/2023 di Wonogiri  sejumlah 13.219 siswa. Dengan melihat jumlah SMA sebanyak 22 sekolah dan SMK sebanyak 46 sekolah, hampir bisa dipastikan separuh lebih dari lulusan itu akan melanjutkan ke SMK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya