SOLOPOS.COM - Para seniman yang akan tampil 24 jam nonstop pada gelaran 24 Jam Menari ISI Solo dalam rangka memperingati hari tari dunia di halaman lingkungan kampus ISI Solo, Senin (29/4/2024). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—24 Jam Menari ISI Solo dalam rangka memperingati hari tari dunia resmi dimulai setelah dibuka di halaman Gedung Rektorat ISI Solo, Senin (29/4/2024). 

Rektor ISI Solo, I Nyoman Sukerna, turut membuka 24 Jam Menari ISI Solo dalam rangka peringatan hari tari dunia. Dia mengatakan gelaran ini merupakan yang ke-18 dan rutin diadakan setiap tahun.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Perjalan 18 tahun adalah perjalanan yang panjang, berbagai karya sudah dihadirkan baik koreografi atau ke-tubuhan. Ini akan menjadi pencarian untuk mengembangkan seni tari baik secara pertunjukan maupun keilmuan,” kata dia. 

Dia mengatakan gelaran 24 Jam Menari ISI Solo ini mempertegas posisi kampusnya dalam dunia seni terutama tari. Dia mengatakan gelaran tahun ini melibatkan ribuan seniman tari dan musik.

Setidaknya ada 11 seniman tari dan musik yang akan tampil selama 24 jam nonstop pada peringatan hari tari dunia di lingkungan kampus ISI Solo, Senin-Selasa (29-30/4/2024). Berikut ini 11 seniman yang tampil 24 jam nonstop.

Djarot Budi Darsono (Solo)

Merupakan panari yang lahir di Boyolali, 10 Januari 1961. Selain penari dia merupakan seniman multitalenta yang menggeluti sebagai koreografer, aktor, dan aktif dalam bidang seni teater. Djarot juga merupakan salah satu pendiri Studio Taksu.

 Tyoba Armey (Bandung)

Tyoba merupakan penari dan koreografer asal Bandung yang mewarisi darah seni dari kedua orangtuanya. Dia sudah mengenal dunia tari sejak kecil, namun dirinya baru secara serius menggeluti tari pada usia 13 tahun. Dirinya terus mengasah bakat tarinya itu melalui pendidikan formal dan non-formal.

Selain sebagai penari, dia juga mengajar di dua universitas di Bandung yakni Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dan Universitas Katolik Parahyangan. 

Adi Putra (Jombang)

Adi merupakan seorang penari dan koreografer kelahiran Jombang, 2 Mei 1993. Sejak usia 8 tahun dirinya sudah menggeluti tari tradisional Jombang serta mewarisi Tari Remo Gaya Boletan dari sang ayah. 

Ayah Adi adalah Suhartono yang merupakan murid dari Cak Amenan Bolet. Cak Amenan adalah maestro tari asal Jombang yang menciptakan tari remo gaya boletan. Adi merupakan pimpinan Sanggar Sasana Gebyar Jombang dan ketua komunitas lintas iman Jagad Srawung.

Safrizal (Aceh)

Pria kelahiran Aceh, 22 Agustus 1996 ini merupakan seniman tari dan koreografer yang saat ini menjadi mahasiswa aktif Pascasarjana ISI Solo. Dia memulai debut tari sejak masih duduk di bangku SMP. Sebelum dikenal sebagai penari dan koreografer, dirinya juga dikenal sebagai musisi tradisional Aceh. 

Safrizal mendirikan Arbi Institut yang banyak mengangkat tentang tubuh dan tarekat. Saat ini dirinya aktif sebagai seniman tari tradisi dan kontemporer. Dalam keseharian dia gemar melakukan praktek meditasi dalam Tarekat Qodiriyah.

Hanni Sulisyia Ningrum (Bandung)

Perempuan kelahiran Bandung, 19 Mei 1990 ini merupakan penari, guru tari, dan koreografer. Dia aktif mengajar intrakulikuler dan ekstrakulikuler di berbagai sekolah. Hanni merupakan ketua dari Yayasan Hapsari Citra Indonesia dan biasa membawa karya seni yang merupakan representasi penyintas mental masa kini.

Yuliana Meneses Orduno (Mexico)

Perempuan kelahiran Hidalgo, Mexico 25 September 1986 ini pernah menjadi dharma siswa ISI Solo pada 2018 dan 2019. Saat di ISI Solo dirinya berkesempatan belajar tari jawa klasik. 

Di Solo dia bertemu tokoh meditasi gerak Suprapto Suryodarmo dan mulai praktik joget Amerta. Saat ini dia merupakan mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 

Tony Broer (Bandung), 

Pria kelahiran di Jakarta, 11 Juni 1966 merupakan seorang penari dan pengajar ISBI Bandung. Pada 1988 Tonny bergabung dengan teater Payung Hitam. Saat itulah dirinya mendalami keaktoran serta penyutradaran, artistik, dan manajemen.

Ni Nyoman Yuliarmaheni (Solo)



Merupakan dosen di Prodi Tari di ISI Solo. Perempuan yang lahir di Bali itu mengajar mata kuliah Koreografi dan Tari Bali. Dia menari sejak umur 8 tahun dan masih aktif hingga saat ini. 

Selain para penari, gelaran 24 Jam Menari ISI Solo kali ini juga diikuti oleh para seniman musik diantaranya:

Choirul Slamet (Yogyakarta)

Pria kelahiran Madura, 16 Januari 1958 merupakan seniman di bidang musik. Dia mewarisi bakat seni dari sang ayah yakni Yusuf Sosrodipuro yang merupakan pemain saksofon dan flute. Sejak kecil dirinya akrab dengan alat-alat musik seperti gamelan dan suling bambu. 

Misbahudin (Makassar)

Lahir di Makassar, 23 Maret 1978. Dia mulai mengenal musik tradisional Sulawesi ketika masih berumur 13 tahun dan juga terlibat di sejumlah sanggar seni di Pulau Selayar. 

Dia semakin mendalami seni musik ketika masuk SMKI Makassar, kemudian melanjutkan belajar di Solo. Di Kota Bengawan dirinya belajar Etnomusikologi dan terlibat dalam pertunjukan seni musik.

Nur Handayani (Solo)

Seniman perempuan itu lahir di Sukoharjo, 29 Januari 1985. Dia memulai debutnya sebagai seniman musik ketika belajar SMKN 8 Solo di bidang seni karawitan. Dia meraih sarjana seni pada program studi Seni Karawitan ISI Solo. 

Kini dirinya dikenal sebagai sinden yang menguasai gaya pesindenan. Selain bernyanyi atau nyinden dirinya juga mahir memainkan alat musik seperti Rebab, Gender, dan Gendang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya