Solopos.com, KARANGANYAR — Sapta Tirta merupakan objek wisata religi yang berada di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Karanganyar. Objek wisata ini berlokasi tepat di tepi jalan raya antara Karangpandan menuju Astana Magadeg Girilayu, Giribangun, sekitar 20 km dari Kota Karanganyar.
Sapta Tirta merupakan suatu pemandian sejarah peninggalan Kerajaan Mangkunegaraan Surakarta. Pemandian yang mempunyai luas sekitar 2 hektare ini dikelilingi hutan pinus dan berudara sejuk. Dengan kondis demikian tak heran Sapta Tirta menjadi objek wisata yang diminati masyarakat.
Air di sini berasal dari tujuh sumber mata air, yakni sumber air bleng, sumber air hangat, sumber air kasekten, sumber air hidup, sumber air mati, sumber air soda, dan sumber air urus-urus. Sejumlah masyarakat meyakini air dari tujuh sumber mata air ini mempunyai manfaat atau khasiat yang berbeda-beda.
Baca Juga: Mengulik Sejarah Sapta Tirta Karanganyar, Mengulik Kisah RM Said
Baca Juga: Mengulik Sejarah Sapta Tirta Karanganyar, Mengulik Kisah RM Said
Di sisi lain, Sapta Tirta masih kental dengan adat istiadat. Salah satunya yaitu kegiatan upcara ritual. Upacara ini dilakukan oleh penduduk sekitar dan para pengunjung. Berikut beberapa ritual yang sering dilakukan :
Grebeg Lawu merupakan upacara ritual guna memeriahkan datangnya Bulan Sura (Muharam). Ritual ini bertujuan memohon keselamatan untuk masyarakat, memohon kemakmuran, serta dijauhkan dari segala macam bencana. Upacara ini dilaksanakan pada hari 1 Sura.
Ritual Jamasan dilakukan pada hari pertama Bulan Muharam atau Sura. Jamasan pusaka dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan ketentraman bagi pemiliknya. Selain itu, fungsi lain dari jamasan pusaka adalah agar senjata-senjata pusaka tersebut tidak lekas rapuh dan dapat bertahan lama.
Baca Juga: Baru! Ada Wisata Kebun Buah Meksiko di Tawangmangu
Napak Tilas KGPAA Mangkunegara I adalah wujud dari tutwuri dengan falsafah Jawa yang artinya ngetut lewat mburi . Ritual ini untuk mengikuti jejak perjalanan Pangeran Mangkunegara I. Ritual ini bertujuan menghargai dan meneruskan perjuangannya serta meneruskan ajaran-ajarannya.
Hari padusan merupakan acara untuk menjelang ibadah puasa. Padusan berarti membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa. Ritual ini dilakukan dengan cara mandi besar atau mandi wajib.
Ritual Nguras Sendang adalah kegiatan menguras atau membersihkan ke tujuh sumber dari mata air di Sapta Tirta Pablengan. Ritual ini dilakukan setiap awal bulan Sura.
Baca Juga: Healing Dulu! Ini 5 Objek Wisata di Karanganyar yang Wajib Dikunjungi
Ritual Purnama adalah ritual mandi atau membersihkan diri pada saat bulan purnama di tiga sumber air yaitu, sumber air hangat, sumber air kasakten, dan sumber air hidup. Masyarakat percaya bahwa orang yang mandi pada bulan purnama keinginan atau hajat dapat terkabul dengan tetap percaya semua adalah berasal dari Tuhan Yang Mahasa Esa.
Ritual ini adalah pengambilan air dari tujuh Sendang yang dijadikan satu wadah atau satu tempat yang digunakan untuk acara siraman manten.
Itulah beberapa ritual yang masih dilakukan dan dipercaya masyarat sekitar di Sapta Tirta. Menarik bukan?
Artikel ini disusun bersumber pada skripsi Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ria Mahanani, pada 2010. Skripsinya berjudul Kegiatan Wisata Ritual Dalam Pengembangan ODTW Di Sapta Tirta Pablengan Kabupaten Karanganyar.