SOLOPOS.COM - Punden Tambakboyo di Desa Tambakboyo, Tawangsari, Sukoharjo, Jumat (1/9/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sebongkah batu misterius di Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo dianggap memiliki kekuatan mistis. Batu itu dipercaya menyimpan roh dari Kyai Guno Wijoyo yang diyakini sebagai penunggu desa setempat. Batu tersebut kini dikeramatkan dan dirawat sebagai Punden Tambakboyo.

Batu itu berbentuk seperti yoni atau cekungan. Punden Tambakboyo kini diberi tempat khusus bak persinggahan yang letaknya berada dalam satu kawasan dengan Balai Desa Tambakboyo, Tawangsari, Sukoharjo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sesepuh desa sekaligus juru kunci Punden Tambakboyo, Priyono, 82, menceritakan puluhan tahun lalu batu tersebut awalnya di tengah sungai di kawasan itu. Batu tersebut sering diterjang banjir bandang namun tak pernah kanyut. Kejadian tersebut membuat warga sekitar menjadi penasaran dan mencoba mengangkat batu tersebut.

Namun, meski diangkat puluhan orang dengan bantuan kayu dan tali, batu tersebut tak bergeser Sedikit pun. “Lewat cerita dari sesepuh-sesepuh sebelumnya, ada warga desa yang saat itu diberi mimpi aneh. Dalam mimpinya dia didatangi seorang lelaki tua yang berisik, ‘jika ingin mengangkat batu dari sungai, harus menggunakan iringan tarian tayub dan suara musik gamelan’,” cerita Priyono kepada Solopos.com, Jumat (1/9/2023).

Punden tambakboyo
Gerbang masuk Punden Tambakboyo di Desa Tambakboyo, Tawangsari, Sukoharjo, Jumat (1/9/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Maka, keesokan harinya, atau tepat pada Jumat Kliwon, warga kembali beramai-ramai mengangkat batu dengan membawa beberapa penari tayub, lengkap dengan iringan musik gamelan. Ajaibnya setelah musik tayub diiringi tarian para penari digelar, batu tersebut akhirnya bisa diangkat bahkan hanya oleh lima orang.

Sejak itu, setiap malam Jumat Kliwon diadakan ritual tayuban oleh warga desa setempat. Tradisi tersebut dilakukan terus menerus setiap tahunnya. Sebagaian warga juga mempercayai tayuban akan membawa kelancaran dalam mengarungi kehidupan.

Salah seorang warga juga sempat diberi mimpi jika penunggu batu tersebut adalah Guno Wijoyo yang menjadi asal usul penamaan Kyai Guno Wijoyo pada batu tersebut.

“Ritual tayuban biasanya digelar hingga tiga hari tiga malam lamanya. Namun di masa pandemi kemarin ritual hanya dilakukan sehari saja dan khusus untuk warga desa. Kemarin [Kamis 31/8/2023] sudah diadakan wayangan hingga Sabtu [2/9/2023] akan ada serangkaian tradisi tayuban. Warga dari luar kota juga pulang untuk menyemarakkan acara,” ungkap Priyono.

Menurutnya, warga Desa Tambakboyo memiliki hubungan batin yang lekat dengan batu tersebut. Sehingga mereka tidak pernah melewatkan tradisi itu sekalipun sejak ia kecil. Warga tidak berani melewatkan sekali saja tak menggelar tayuban. Sebab warga merasa batu Punden Tambakboyo, dianggap sebagai pengayom bagi keselamatan dan kesejahteraan warga desa.

Dua Versi Cerita

Priyono membeberkan batu tersebut juga telah didaftarkan sebagai cagar budaya sejak 2014. Tak hanya masyarakat setempat, warga dari luar desa hingga kota lain juga turut melakukan ritual di punden tersebut.

Kini ada petugas yang berjaga di Punden Tambakboyo. Mereka yang akan melakukan ritual, biasanya diminta membawa pisang dua sisir, satu di antaranya ditinggal di lokasi tersebut. Sementara satu lainnya yang telah didoakan akan dibawa pulang pengunjung untuk dinikmati.

“Ada dua versi cerita soal keberadaan batu besar ini. Ada yang mengatakan sudah ada sejak abad ke-6. Lalu ada juga yang mengatakan sudah ada abad ke-16 atau sejak zaman Majapahit. Namun itu masih belum bisa dibuktikan secara pasti. Saya sendiri juga tidak tahu secara pasti dari mana asalnya. Tetapi, orang-orang zaman dahulu yang ikut mengangkat batu ini mengatakan batu ini merupakan salah satu penyangga pilar masjid atau pijakan sesirih Sunan Kali Jaga yang dipakai saat bertapa di pinggir kali atau di pinggiran sungai,” ungkap Priyono.

Berdasarkan informasi yang ia terima, batu andesit tersebut berasal dari masjid Demak yang sudah tidak terpakai lagi. Hingga saat ini juga tidak ada yang mengetahuinya secara pasti apakah batu tersebut hanyut terbawa air saat banjir atau bagaimana asal mula batu tersebut bisa sampai di Desa Tambakboyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya