SOLOPOS.COM - Kopi Robusta di Wonogiri terpajang di rak kopi di Kedai Kopi Wonogirich, Kelurahan Wonokarto, Kecamatan/Kabuapten Wonogiri, Selasa (25/10/2022). Sebanyak 95 persen produk kopi di Wonogirich merupakan kopi Wonogiri. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIKopi Wonogiri yang dulu sempat diremehkan, kini mulai diperhitungkan. Seiring peningkatan kualitas dan kuantitas, penikmat kopi, khususnya di Wonogiri, sudah mulai melirik kopi asli Kota Gaplek itu.

Hal itu tercermin dari kedai-kedai kopi di Wonogiri yang menggunakan kopi lokal pada menu kopi yang ditawarkan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Salah satu kedai kopi yang menggunakan kopi Wonogiri, yakni Kedai Kopi Wonogirich. Kedai ini berada di Kelurahan Wonokarto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri.

Pemilik Kedai Kopi Wonogirich, Yosep Bagus Adi Santoso, mengatakan hampir semua produk kopi di kedainya menggunakan kopi Wonogiri. Bagus mulai menggunakan kopi Wonogiri sejak 2018.

Pada tahun itu, Bagus bisa menggunakan kopi Wonogiri sebanyak 150 kg/tahun. Kini ia bisa menjual kopi Wonogiri 1,5-2 ton/tahun.

Baca Juga: Pegiat Kopi Berharap Pemkab Wonogiri Benahi Festival Kopi dan Batik Wonogiri

“Bisa dikatakan 95% persen kopi yang ada di Wonogirich itu kopi Wonogiri. Sisanya dari luar kota. Selain digunakan sendiri di kedai milik saya, saya juga menyuplai kopi Wonogiri ke beberapa kedai, baik di Wonogiri maupun luar Wonogiri,” kata Bagus saat ditemui Solopos.com di kedainya, Selasa (25/10/2022).

Menurut dia, saat ini sedikitnya ada 40 kedai kopi di seluruh wilayah di Wonogiri. Banyak di antara kedai-kedai itu yang sudah menggunakan kopi Wonogiri.

Hal itu lantaran kualitas kopi Wonogiri dinilai tidak kalah dengan kopi-kopi dari daerah lain. Terlebih kopi jenis robusta yang memang sudah banyak diproduksi petani-petani Wonogiri seperti di Kecamatan Jatiroto, Puhpelem, dan Girimarto.

Selain itu, ada kebangaan tersendiri ketika kedai kopi di Wonogiri menggunakan kopi asli Wonogiri. Bagus dan pemilik kedai kopi lain di Wonogiri ingin mengenalkan kepada warga asli Wonogiri bahwa Kabupaten Sukses juga mempunyai produk kopi yang benar-benar ditanam di daerah setempat.

Baca Juga: Cerita Petani Wonogiri Tetap Bertahan di Tengah Curah Hujan Tinggi

Saat ini kualitas dan kuantitas kopi di Wonogiri terus dikembangkan.

“Memang, kami akui, untuk kualitas, kopi Wonogiri bisa dikatakan belum sempurna. Tapi ini sedang dalam proses perbaikan terus menerus. Kami akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas. Kalau secara kuantitas, sebenarnya sudah bisa mencukupi untuk pasar lokal Wonogiri dan sekitarnya,” ujar dia.

Pemilik Kedai Kopi Toejoe-Toejoe di Giripurwo, Wonogiri, Feri Setyo Caroko, menyampaikan keinginnya mengangkat kopi Wonogiri. Menurutnya, kopi Wonogiri, khususnya jenis kopi robusta bisa bersaing dengan kopi-kopi dari daerah lain.

Keunggulan kopi robusta Wonogiri dibanding dengan daerah lain terletak pada rasa manis dan fruity. Di kedainya, Feri biasa menggunakan kopi robusta untuk kopi campuran atau blend.

Baca Juga: Kenalkan Cita Rasa Kopi Asli Wonogiri, 1.000 Cup Kopi Dibagikan Gratis

Ia mengaku bisa menghabiskan kopi robusta Wonogiri sekitar 10-20 kg/pekan di kedainya. Sementara untuk kopi arabica Wonogiri, ia bisa menyediakan 40 persen dari kopi robusta atau 4-8 kg/pekan.

Jika diitung, untuk keseluruhan kopi yang ada di kedai Toejoe-Toejoe, persentase kopi Wonogiri sebanyak 40 persen. Sedangkan 60 persen kopi dari daerah lain dari berbagai wilayah di Indonesia.

“Karena ini benar-benar coffe shop, maka saya enggak bisa 100 persen pakai kopi Wonogiri. Saya harus melayani semua selera pelanggan. Kadang ada pelanggan yang minta kopi dari daerah lain. Apalagi untuk single origin. Makanya, semua kopi dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, tersedia di sini. Tapi porsinya tetap banyak kopi Wonogiri,” kata Feri.

Feri biasa menggunakan kopi robusta yang ditanam di Desa Bligo, Kecamatan Puhpelem, Kabupaten Wonogiri. Ia biasa membeli kopi robusta dalam bentuk green bean dari petani seharga Rp35.000/kg.

Baca Juga: Berikut Data Produksi Kopi Arabika dan Robusta di Wonogiri

Sementara untuk kopi arabika, Feri lebih banyak membeli dari petani kopi di Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri dengan harga Rp50.000-Rp60.000/kg.

Menurut Feri, dulu kopi Wonogiri kerap diremehkan karena dinilai tidak berkualitas, rasanya pun tidak enak. Tidak jarang beberapa teman Feri tak mau minum kopi Wonogiri.

Tapi kondisi itu kini mulai berubah karena petani sudah belajar dan mulai memproses kopi dengan benar sejak dari penanaman hingga pengolahan pascapanen.



“Saya optimistis jika Kopi Wonogiri sangat bisa diterima masyarakat luas. Bahkan sangat mungkin bersaing dengan kopi dari daerah lain yang sudah terkenal. Asal, petani mau belajar mengolah kopi dengan baik dan benar. Mulai dari perawatan tanaman, petik, hingga penyimpanan harus diperhatikan betul. Tidak bisa asal sembarangan,” ucap Feri yang kerap menjadi pelatih barista kopi itu.

Baca Juga: Petani Wonogiri Sudah Tak Risaukan Pengeringan Saluran Irigasi Colo Barat

Sebab, lanjut dia, baik atau buruk kualitas kopi lebih banyak ditentukan oleh petani. Di menjelaskan, kopi petani memiliki kontribusi 50 persen dalam menentukan kualitas kopi. Kemudian, 40 persen ditentukan dari proses roasting atau sangrai.

“Sedangkan proses seduh hanya berkontribusi 10 persen,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya