Soloraya
Jumat, 23 Juli 2021 - 00:14 WIB

Ini Kata Satgas Covid-19 Solo Soal Pasien Positif Corona Meninggal Saat Isoman

Mariyana Ricky P.d  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Terapi regeneron disebut mampu kurangi keparahan pada pasien Covid-19. (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo rutin menerima laporan warga terkonfirmasi positif Corona yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri atau isoman di rumah.

Kejadian itu meningkat seiring peningkatan kasus dan tingkat keterisian tempat tidur isolasi Covid-19 belasan rumah sakit yang tinggi. Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, mengatakan pasien yang isoman di rumah biasanya bergejala ringan.

Advertisement

Kemudian mereka mengalami perburukan hingga akhirnya meninggal dunia. Perburukan itu umumnya disebabkan penyakit penyerta yang diderita warga positif corona yang meninggal saat isoman tersebut.

Baca Juga: OTG Atau Bergejala Ringan? Ini Daftar Tempat Isolasi Pasien Positif Corona Di Solo

Advertisement

Baca Juga: OTG Atau Bergejala Ringan? Ini Daftar Tempat Isolasi Pasien Positif Corona Di Solo

“Karena mereka juga punya komorbid, kemudian gejalanya ringan sehingga tidak dirawat di RS. Kalau gejalanya sedang dan berat kan dirawat di RS,” katanya melalui wawancara virtual, Rabu (22/7/2021).

Ahyani menyebut tingkat keterisian tempat tidur RS Kota Solo sudah berkode merah alias sudah di atas 90% setiap harinya. RS Kota Solo menerima rujukan pasien asal Jawa Tengah sisi timur, seperti Grobogan, Pati, Kudus, dan ada pula asal Jawa Timur sisi barat.

Advertisement

Baca Juga: Waduh! Stok Vaksin Covid-19 Menipis, Pemkot Solo Terpaksa Tarik Tuas Rem

Puskesmas lantas melakukan asistensi dengan memberikan kontak petugas yang bertanggungjawab. “Kami asistensi, pengawasan tidak harus face to face, pantauan lewat ponsel. Petugas A, katakan lah, menjadi penanggung jawab pasien A, B, C. Kalau pasien banyak memang agak kewalahan,” jelasnya.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Solo, pasien yang hendak ke RS sebaiknya memulai rujukan berjenjang dari faskes pertama sesuai alur Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun, saat kondisi darurat, alur itu bisa diabaikan.

Advertisement

Faskes pertama ada dokter praktik, klinik swasta, puskesmas. Misalnya salah satu pasien itu terdaftar di dokter praktik tersebut, kalaupun terdeteksi positif corona di puskesmas bisa konsultasi pada dokternya.

Baca Juga: Pedagang Pasar Nonesensial Terdampak PPKM Darurat Solo Didata, Segera Dapat Bantuan?

“Jadi enggak harus ke puskesmas ini. Seandainya ada masalah bukan Covid-19, dokter itu bisa menjawab. Ada juga mobile JKN, nomor kontak faskesnya, jadi ada apa-apa hubungi dokternya, ke tempat praktik, enggak harus panik langsung ke RS,” bebernya.

Advertisement

Pasien Bergejala Sedang-Berat Jadi Prioritas

Ning, mengatakan berdasarkan assessment di IGD RS banyak pasien yang seharusnya bisa dirawat di rumah namun malah dibawa ke rumah sakit. Keterisian tempat tidur RS yang tinggi membuat pasien dengan kondisi sedang hingga berat menjadi prioritas penanganan.

RS pun memiliki kebijakan apabila pasien kondisinya sudah membaik namun masih positif, mereka dipulangkan untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumah.

Baca Juga: Tolak Istrinya Dimakamkan Pakai Prokes, Suami Ngamuk Ancam Dokter RSUD Ngipang Solo

“Karena pasien yang membutuhkan bed itu lebih banyak lagi, tidak boleh egois harus sembuh 100% begitu. Kalau saturasi oksigennya sudah drop sampai 85% harus langsung ke IGD RS,” tutup Ning.

Ning menambahkan belasan RS Kota Solo tidak hanya melayani pasien dari Solo. Ia berharap RS luar daerah menggunakan mekanisme yang ada, yakni merujuk pasien menggunakan Sistem Informasi Rujukan Rumah Sakit Terintegrasi (SIRRST).

“Kalau enggak bisa, ya telepon, jangan sampai pasien diminta datang ke IGD langsung padahal penuh, kasihan pasien dan RS-nya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif