Soloraya
Rabu, 3 November 2021 - 05:00 WIB

Ini Kata Sejarawan soal Asal-Usul Warung Hik Solo

Mariyana Ricky P.d  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Heri Priyatmoko. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Warung hik atau hidangan istimewa kampung yang menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Solo memiliki sejarah panjang. Keberadaan pedagang hik sudah mewarnai perjalanan kehidupan masyarakat Solo sejak sebelum Indonesia merdeka.

Sejarawan Solo Heri Priyatmoko mengaku pernah melakukan riset mengenai hik dan angkringan. Ia pun menemukan bukti bahwa hik maupun angkringan, meski sudah menyebar ke berbagai daerah dengan nama berbeda, merupakan budaya asli Solo.

Advertisement

Kepada Solopos.com, Selasa (2/11/2021), Heri menuturkan warung hik Solo dulunya bernama angkringan. Namun dalam perkembangannya, muncul pemahaman umum bahwa angkringan berasal dari Yogyakarta. “Padahal aslinya Solo,” ujar Heri.

Baca Juga: Warung Hik Solo dan Angkringan Jogja, Mana yang Lebih Dulu Ada?

Advertisement

Baca Juga: Warung Hik Solo dan Angkringan Jogja, Mana yang Lebih Dulu Ada?

Sebelum menyebar ke wilayah Jogja, angkringan sudah lebih dulu populer di Solo. Sedangkan istilah hik baru muncul sekitar 1980-an ketika konsep angkringan mulai menyebar ke Yogyakarta. “Ini terungkap dalam buku terbitan Pemkot Solo,” jelasnya.

Bukti bahwa angkringan yang kemudian berubah menjadi warung hik adalah budaya asli Solo diperoleh Heri berdasarkan riset yang dilakukannya di Perpustakaan Nasional, beberapa waktu lalu.

Advertisement

Baca Juga: Seleksi CPNS Solo: 318 Pelamar Lolos SKD, 12 Lowongan Kosong

Upaya Bertahan Wong Cilik

Warga sekitar Solo, terutama Klaten, menangkap peluang itu dengan berjualan makanan keliling kampung. Heri menambahkan angkringan kala itu adalah upaya bertahan wong cilik di kota raja dengan modal sedikit.

Seperti diberitakan, ada 28 jenis budaya asli Solo yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), belum lama ini.

Advertisement

Baca Juga: Pemkot Solo Batalkan Larangan Anak Balita Masuk Mal dan Tempat Publik

Selain hik, kuliner khas Solo lain, seperti satai kere, satai buntel, roti kecik, serabi notosuman, dan timlo juga mendapat predikat sama. Heri mengapresiasi penetapan warung hik sebagai warisan budaya nasional.

Menurutnya, memang sudah selayaknya kuliner khas Kota Bengawan itu menjadi kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Banyak lagi kuliner asli Solo yang layak menjadi WBTB, seperti nasi liwet.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif