SOLOPOS.COM - Pejabat Humas dan HRD PT Sempulur Unggas Raya (SUR), Pramudo (kedua dari kiri) mengunjungi kantor Solopos, Senin (25/9/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—PT Sempulur Unggas Raya (SUR) memberikan penjelasan mengenai masalah kandang ayam di Ngunut, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar yang sempat diprotes warga setempat.

Pejabat Humas dan HRD PT SUR Pramudo menepis anggapan bila permasalahan bermula dari perluasan kandang ayam. Dia mengatakan tidak ada perluasan kandang ayam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Perluasan pembangunan tidak ada, dari dulu bangunannya sudah seperti itu. Bahkan ada yang direhab malah dikurangi, bukan di tambah,” kata dia ketika berkunjung di Griya Solopos, Senin (25/9/2023).

Dia menyebut bangunan kandang ayam semuanya berada di dalam pagar area peternakan seluas 4,5 hektare. Pramudo memastikan sekalipun ada bangunan baru tidak melampaui pagar dan letaknya di sisi timur atau menjauh dari permukiman.

Selain itu, dia mengatakan seluruh ayam yang ada di peternakan tersebut merupakan ayam petelur, tidak ada ayam potong. Menurut dia, ayam petelur dan ayam potong secara teknis tidak bisa dicampur.

Pramudo mengatakan kandang ayam tersebut sudah berdiri sekitar 1980-an. Namun, PT SUR baru mengelola pada 1990-an. Dia mengatakan sejak awal daerah tersebut memang diperuntukan untuk peternakan.

“Kami juga sudah memiliki izin karena memang di situ zonanya untuk peternakan,” kata dia.

Sambil menunjukkan peta kawasan peternakan yang dikelola PT SUR, dia menyebut sejak awal kandang ayam itu dibangun jauh dari permukiman penduduk dan dikelilingi sawah. Namun, seiring waktu pemukiman penduduk kian mendekat.

“Jadi sebenarnya kandang itu berdiri dulu, baru perumahan di sekitar mendekat. Karena kami berdekatan dengan masyarakat, maka kami tenaga kerja 90% kita ambil dari daerah tersebut,” kata dia.

Duduk Perkara

Mengenai persoalan pengelolaan limbah atau kotoran yang sempat disorot warga, Pramudo menceritakan sejak awal pengolahan limbah kotoran ayam diserahkan kepada warga setempat.

“Kalau [pengolahan] kotoran ini dari dulu kita pasrahkan ke warga untuk mengelola,” kata dia.

Pengelolaan yang dimaksud yakni mengosongkan tempat limbah berupa kotoran ayam dan diolah menjadi pupuk. Dia mengatakan prinsip warga dengan PT SUR sama yakni ingin limbah dikelola dengan baik.

“Kami dan warga prinsipnya sama, kalau bisa tidak ada kotoran. Kami pun kalau ada [penumpukan kotoran] malah berpengaruh pada performa ayam menjadi jelek,” kata dia.

Seiring berjalannya waktu, dia mengatakan warga yang bertugas mengelola kotoran ayam semakin tidak baik dalam mengelola limbah. Akibatnya bau menyengat dan mengundang adanya kerumunan lalat.

“Udah dikasih tanggung jawab untuk mengelola kotoran dijadikan pupuk, tapi mereka tidak jalan. Kita sudah tegur, tapi tidak segera diolah,” kata dia.

Dari situ, muncul permasalahan kotoran ayam yang menumpuk. Pramudo menyatakan PT SUR akhirnya menggandeng pihak ketiga untuk mengelola kotoran itu sejak beberapa bulan lalu.

“Kita sepakat sekarang yang mengelola [limbah kotoran ayam] dari luar bukan warga lagi,” kata dia.

Dia mengatakan hal itu juga sudah dikomunikasikan dengan warga setempat dan sepakat pengelolaan limbah diserahkan kepada pihak luar yang dianggap lebih profesional.

“Sekarang setiap hari diambil. Bisa satu truk setiap hari limbah kotoran ayam diambil. Jadi sekarang sudah tidak bau, dan lalat sudah tidak sebanyak dulu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya