SOLOPOS.COM - Mahasiswi asal Dukuh Tangen, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen, Hanifah Putri Andriyanti, menjadi juara I Duta Genre Sragen 2023, baru-baru ini. (Istimewa/dok. Hanifah Putri)

Solopos.com, SRAGEN — Seorang mahasiswi asal Dukuh Tangen, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, Hanifah Putri Andriyanti, terpilih menjadi juara I Duta Genre Sragen 2023. Seperti apa profil gadis berusia 20 tahun ini?

Anak kedua dari empat bersaudara ini merupakan putri pasangan Yusuf Andriyanto dan Heri Ariyanti. Ia tertarik menjadi Duta Genre Sragen lantaran terinspirasi dari influencer genre di media sosial (medsos) yang ikut terlibat dalam penanganan permasalahan remaja.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ia mengaku prihatin dengan permasalahan remaja yang kerap dijumpainya. Banyak remaja yang melampiaskan diri dengan mengkonsumsi narkoba, obat-obatan, dan minuman keras untuk melarikan diri dari masalah yang mereka hadapi. Dari situ Hanifah tergerak untuk itu mencari solusi dari masalah ini.

Langkah konkret yang ia ambil adalah bergabung dengan penyuluh lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan kader posyandu untuk penyuluhan dan edukasi secara berkala kepada para remaja, khususnya di wilayah Kecamatan Tangen.

Selain itu, mahasiswi semester V Program Studi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Solo itu juga aktif menjadi influencer lewat media sosial, terutama di Instragram. Ia memilih Instagram karena para remaja di Sragen paling banyak menggunakan Instagram.

“Lewat Instragram itulah saya berkampanye untuk mengajak remaja berpikir positif dan menghindari tiga risiko yang dihadapi remaja yang dikenal dengan Triad KRR [Kesehatan Reproduksi Remaja],” kata Hanifah saat berbincang dengan wartawan di Kantor Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Sragen, Rabu (12/7/2023).

Triad KRR atau Triad Gender merupakan tiga masalah pokok yang dihadapi remaja, yaitu berkaitan dengan pernikahan dini, seks pranikah, dan napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Sebagai Duta Genre Sragen yang baru, Hanifah harus pandai-pandai membagi waktu, kapan untuk kuliah dan kapan untuk melaksanakan tugas sebagai Duta Genre.

Pada hari efektif, Senin-Kamis, digunakan Hanifah untuk kuliah dan menyesaikan tugas kampus. Di akhir pekan, ia manfaatkan untuk menjalankan tugas-tugas Duta Genre bersama teman-teman Duta Genre lainnya.

Hanifah sudah mendapatkan pembekalan untuk mengatasi problem remaja selama masa karantina. Dar situ ia merasa sudah memiliki bekal untuk bisa mengajak para remaja menghindari  pergaulan bebas, pernikahan dini, penggunaan narkoba, dan hal negatif lainnya.

“Selama karantina itu ada suka dan dukanya. Sukanya, kami bisa saling sharing dengan kakak senior. Kami juga dibimbing atau dimentori. Yang kurang, dimantapkan dan seterusnya. Dukanya, ya capai. Semua itu dijalani dengan enjoy saja,” katanya.

Target Pribadi

Selama setahun ke depan, Hanifah memiliki target untuk menghidupkan kembali Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di SMPN 2 Tangen. Ia berupaya mewujudkan itu bersama petugas PLKB Kecamatan Tangen. PIK-R itu sebelumnya sudah ada tetapi vakum sehingga perlu diaktifkan kembali.

Menurutnya, PIK-R itu bisa menjadi wadah bagi remaja untuk meningkatkan keterampilan (skill), berbagi, dan menyelesaikan masalah. Hanifah  berpendapat kalangan remaja menjadi basis pertama dalam penanganan stunting, pernikahan anak, dan persoalan lainnya. Ketika pemahaman remaja sudah baik maka persoalan remaja bisa dikendalikan. Pemahaman itu diberikan dengan pendekatan persuasif, edukasi, dan komunikasi supaya remaja terbuka bila menghadapi masalah.

“Mengedukasi remaja itu tidak seperti anak-anak. Remaja itu butuh dipahamkan bukan dihakimi. Peran kami bisa menjadi konselor untuk menemukan solusi yang baik bagi mereka. Seperti persoalan stunting, solusinya ada pada pendewasaan usia pernikahan. Karena, saat pernikahan dini maka organ anak perempuan belum terbentuk sempurna sehingga berdampak pada anak stunting. Kemudian pemberian tablet tambah darah pada remaja putri juga menjadi upaya pencegahan kasus stunting,” ujarnya.

Selain itu, Hanifah mengatakan ada peningkatan edukasi untuk ibu hamil dan memberi nutrisi yang seimbang kepada mereka. Dia menilai problem terberat yang dihadapi remaja itu terletak pada pergaulan bebas yang mengarah pada kissing, necking, petting, dan intercourse.

“Edukasi yang paling efektif lewat pendekatan teman sebaya supaya tidak lari ke napza dan alkohol,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya