SOLOPOS.COM - Pengendara saat berhenti di lampu merah Simpang Lodalang atau yang lebih dikenal dengan Bangjo Mati, Jumat (22/7/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Masyarakat yang tinggal lama di wilayah Boyolali kota pasti tak asing dengan pemberhentian lampu merah bernama Bangjo Mati.

Lokasinya berada di Jalan Pahlawan, Siswodipuran, Boyolali, tepatnya di Simpang Lodalang. Uniknya, pemberhentian tersebut tetap dipanggil dengan nama Bangjo Mati meskipun sekarang ini lampunya sudah nyala.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Solopos.com coba menelusuri fakta sejarah pemberian nama Bangjo Mati Boyolali tersebut.

Lurah Siswodipuran, Edi Pudjijanto, mengatakan ia telah tinggal di area Siswodipuran sejak 1978. Sekitar 1987 – 1988, ia mengingat ada pemberhentian lampu merah yang dibangun di area yang saat ini dikenal dengan Bangjo Mati.

“Sebelumnya dibangun lampu merah, dulu di situ [lokasi Bangjo Mati Boyolali] hanya diberi tong yang dicat hitam dan putih. Seingat saya juga banyak orang menabrak tong tersebut. Itu dulu jalur bus Solo – Semarang,” ungkap dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat (22/7/2022).

Baca Solopos: Wow, Kepatuhan Lalu Lintas Boyolali Disebut Baik se-Jateng. Benarkah?

Lebih lanjut, Edi mengatakan lampu merah kemudian dibangun untuk menggantikan tong. Namun, ia mengatakan lampu merah baru tersebut  sering rusak hingga lampunya tidak menyala atau mati.

Edi mengatakan misal ketika lampu lalu lintas tersebut mati di pagi hari, kemudian siang hari diperbaiki, maka selang beberapa hari akan mati lagi.

Kemudian, sekitar awal tahun 2000-an, seingatnya lampu kemudian diambil dan hanya menyisakan tiangnya.

“Rentang setelah diberi lampu merah sampai tahun 2000-an itu lebih banyak matinya. Jika diukur dengan skala 1 – 10, hidupnya itu ada di skala 2, yang 8 itu mati. Maka orang terbiasa memanggil itu kawasan Bangjo Mati,” ceritanya dia.

Edi mengatakan saat ini lokasi Bangjo Mati tersebut sudah dipasang lampu lalu lintas dan dalam kondisi hidup. Namun, ia menduga karena faktor kebiasaan membuat masyarakat Boyolali tetap memanggilnya Bangjo Mati.

Baca juga: Ternyata Ini Ruas Jalan Paling Rawan Kecelakaan di Boyolali

Ia mengatakan saking terkenalnya, Bangjo Mati lebih dikenali masyarakat Boyolali sekitarnya dibanding istilah lain seperti perempatan utara Sonolayu atau nama lainnya.

“Banyak begitu orang kalau tanya kiosnya daerah mana, jawabnya lor [utara] Bangjo Mati. Atau memberi ancer-ancer [petunjuk jalan] Bangjo Mati ke selatan. Jadi Bangjo Mati lebih mudah dan dipahami masyarakat, istilahnya bangjo legend lah,” kata dia.

Legenda Bangjo Mati bukan tanpa alasan. Selain karena sudah dikenal masyarakat, Bangjo Mati termasuk pemberhentian lampu merah yang ada lebih dulu dibanding bangjo-bangjo lainnya di Boyolali.

“Dulu bentukannya masih sederhana. Hanya ada tiang kemudian diberi lampu bangjo itu. Kalau bangjo yang sekarang ada lengkungan, itu pengembangan. Dulu juga masih berupa lampu pijar, belum LED seperti sekarang,” terang Edi.

Sementara itu, Kasi Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Boyolali, Mardi Yono, mewakili Kepala Dishub Boyolali, Cipto Budoyo, mengatakan Bangjo Mati memang sebutan dari masyarakat. Namun, ia menyebut Bangjo Mati tersebut dengan istilah traffic light Simpang Lodalang.

Baca juga: Kecelakaan Boyolali: Mobil Tabrak Hik Gegara Hindari Truk Tetiba Belok

“Untuk sejarahnya kami tidak tahu, tapi yang jelas bangjo tersebut tercatat di aset kami pada 22 Mei 2014. Lampu tersebut juga kami hidupkan sampai sekarang,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya