SOLOPOS.COM - Suasana Taman Pancasila Karanganyar. (Youtube/@zona sang petualang)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tempat yang paling dikenal publik di Kabupaten Karanganyar pasti salah satunya adalah Taman Pancasila. Namun tak banyak yang tahu sejarah Taman Pancasila yang menjadi salah satu ikon Karanganyar ini, terutama kalangan generasi Z.

Berlokasi tepat di jantung kota Karanganyar, membuat Taman Pancasila ini menjadi ruang publik yang jadi pusat aktivitas warga. Di Taman ini terdapat patung Proklamator  Sukarno dan Bung Hatta yang terlihat jelas dari depan. Terdapat gerbang bertuliskan “Taman Pancasila” dengan latar patung Burung Garuda besar yang begitu mencolok.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Taman Pancasila Karanganyar menjadi lokasi yang asyik untuk berolahraga karena mudah dijangkau, ruang terbukanya luas dan banyak pepohonan palem yang rindang untuk berteduh.

Sebelum jadi sebagus sekarang, Taman Pancila Karanganyar dulunya adalah pasar tradisional. Namanya Pasar Karanganyar. Hal ini Seperti disampaikan salah satu anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar, Agam Bintoro.

Dalam wawancara beberapa waktu lalu, Agam mengaku pernah ditraktir makan soto oleh gurunya saat ia masih SD di Pasar Karanganyar yang kini jadi Taman Pancasila. Pasar Karanganyar saat itu kondisinya sama seperti pasar tradisional lain, beralaskan tanah.

“Taman Pancasila itu dulu pasar tradisional di Kecamatan Karanganyar,” kata Agam yang kini menjabat Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Karanganyar.

Pasar ini kalau hujan deras kerap kebanjiran. Ukuran Pasar Karanganyar terbilang sangat luas. Seingat Agam, luasnya seukuran lapangan Taman Pancasila sekarang. Terdapat banyak los dan pedagang oprokan.

Di dekat pasar terdapat pangkalan bemo. Lokasinya kini jadi pintu masuk rumah dinas Bupati Karanganyar sebelah barat. Lalu pada 1970-an, Bupati Karanganyar kala itu, Waluyo Cokro Darmanto, melakukan penataan wajah ibu kota kabupaten. Pasar Karanganyar jadi sasarannya.

Bupati Waluyo merelokasi Pasar Karanganyar ke dekat Perumahan Pelita di Bejen untuk membuat ruang terbuka yang kemudian diberi nama Taman Pancasila.

“Dibikin taman. Lalu ditambah patung hewan, seperti jerapah. Ada patung perjuangan. Fungsinya menjadi ruang publik. Nah, pedagang yang dipindah ke dekat perumahan itu mengaku enggak laku. Mereka mencari tempat lain,” lanjut Agam.

Pedagang Pasar Karanganyar bergeser ke salah satu wilayah di Jungke, Karanganyar. Pedagang menggelar lapak di antara permukiman di Jungke. “Pedagang nyumpel di Jungke. Lalu diakomodasi pemerintah jadi Pasar Jungke sekarang. Pemerintah membeli tanah menjadi aset pemerintah dan dijadikan pasar,” ungkap dia.

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, mempercantik wajah ruang publik Taman Pancasila. Yuli, sapaan akrab Juliyatmono, menambahkan patung  Proklamator Republik Indonesia. Awalnya hanya ada patung Ir. Sukarno. Lalu beberapa tahun berikutnya dibangun pula patung Bung Hatta berdampingan dengan Sukarno.

Selain itu Taman Pancasila juga dipasang paving sehingga terlihat lebih bagus dan bersih. Harapannya saat itu adalah warga Karanganyar dapat memanfaatkan untuk aktivitas, seperti olahraga, menongkrong, berfoto, dan lain-lain. Tetapi, praktiknya lain.

“Jadi pasar lagi. Bedanya dengan dulu, sekarang pasar malam. Wong Jawa kuwi ibarat danyang ora gelem ngalih. Sudah kodratnya. Lokasi strategis, jantung kabupaten, orang pasti lewat situ.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya