Soloraya
Sabtu, 2 September 2023 - 07:03 WIB

Ini yang Diingat Orang dari Koleksi Museum Radya Pustaka Solo

Afifa Enggar Wulandari  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Koleksi sepeda besar dalam pameran sepeda penny farthing kerjasama UPT Museum Solo dengan Museum Gubug Wayang Mojokerto (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO–Pengunjung Museum Radya Pustaka Solo bisa melihat koleksi, memotret keindahan berbagai koleksi museum, serta mempelajari tentang budaya dan sejarah.

Museum itu didirikan 28 Oktober 1890 (Selasa Kliwon 15 Maulud tahun Ehe 1820) di era Sinuhun Pakubuwono IX. Mulanya berdiri dengan nama Paheman Radya Pustaka.

Advertisement

Pada 28 Oktober 2023, Museum Radya Pustaka berusia 133 tahun dan menjadi museum dan satu lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan tertua di Indonesia.

Ada ribuan koleksi dari berbagai jenis peninggalan sejarah itu kini tersimpan rapi dan siap menyambut pengunjung. Di antaranya koleksi meriam, ruang pertama untuk koleksi topeng, keramik, tongkat, senjata, tombak, keris, manuskrip, naskah, arsip, wayang purwa, wayang gedog, wayang madya, wayang klithik, wayang suket, wayang beber, wayang dari luar negeri, seperangkat gamelan, canthik rajamala.

Advertisement

Ada ribuan koleksi dari berbagai jenis peninggalan sejarah itu kini tersimpan rapi dan siap menyambut pengunjung. Di antaranya koleksi meriam, ruang pertama untuk koleksi topeng, keramik, tongkat, senjata, tombak, keris, manuskrip, naskah, arsip, wayang purwa, wayang gedog, wayang madya, wayang klithik, wayang suket, wayang beber, wayang dari luar negeri, seperangkat gamelan, canthik rajamala.

Juga satu ruang yang menampilkan kursi dan meja yang dipakai pada momen penting Pakubuwono. Ada juga miniatur bangunan sejarah, uang, busana Jawa, gambar pawukon Jawa, majalah Jawa, literatur Belanda, buku, dan hasil penelitian yang berhubungan dengan Museum Radya Pustaka.

Warga Kecamatan Gemolong, Sragen, Naufal, 20, kali pertama berkunjung ke Museum Radya Pustaka saat ia SD. Ia ingat bagaimana kesan kagum seorang anak melihat koleksi benda-benda berusia tua.

Advertisement

Dari sekian koleksi museum, Naufal tertarik pada koleksi tosan aji Museum Radya Pustaka. Di sana ada ratusan senjata seperti keris, tombak, pisau, dan senjata dari luar Jawa.

Untuk melihat dan mengamati koleksi tosan aji, Naufal tak perlu bantuan dari petugas museum. Ia jadi bisa melihatnya di ruang pameran dan tanpa batasan waktu.

“Aku tidak cari koleksi spesifik. Tapi tertarik tosan aji barangnya keren-keren,” kata dia.

Advertisement

Naufal juga terkesan dengan koleksi canthik rajamala. Ujung bahtera itu menjadi salah satu koleksi yang ia kenang oleh pengunjung. Kepala haluan perahu Rajamala yang dibuat pada masa Sinuhun Pakubuwono IV itu cukup ikonik. Hal itu juga membekas di ingatan Naufal.

Ia ingat bagaimana cerita di balik haluan perahu berwujud sesosok yang menyeramkan itu. Secara visual, unsur canthik Rajamala meliputi hidung, mata, dahi, alis, pipi, mulut, bibir, gigi, telinga, dan rambut.

Sementara unsur hiasnya berupa jamang, sumping dan anting. Meski bermuka menyeramkan, keberadaan canthik banyak dikenal masyarakat sebab kini sering dipakai sebagai ikon Kota Solo.

Advertisement
Pengunjung melihat koleksi Museum Radya Pustaka Solo (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

“Canthik menarik. Kini banyak dipakai sebagai ikon di Kota Solo,” kata Naufal.

Sementara itu, mahasiswa Solo, Septian, 23, mengaku banyak belajar koleksi menarik di Museum Radya Pustaka. Salah satu koleksi yang berkesan baginya adalah orgel atau kotak musik dengan tuas yang diputar dan dimodifikasi dengan hiasan bunga dan burung.

Orgel yang tersimpan di museum berasal dari Perancis. Kotak musik lawas itu hadiah dari Kaisar Napoleon Bonaparte kepada Raja Keraton Solo Paku Buwana IV. Konon orgel itu sebagai simbol hubungan bilateral Paku Buwana IV dengan Bonaparte pada abad ke-17.

“Alatnya masih banyak, historis persembahan dari Prancis,” kata Septian.

Selain itu, Septian cukup teringat ia pernah satu bulan kuliah magang mahasiswa di museum itu. Manuskrip kuno koleksi Museum Radya Pustaka yang menarik baginya adalah Serat Centhini dan Serat Candra.

Naskah-naskah tentang pawukon Jawa juga menjadi satu hal membanggakan yang harus dipelajari khalayak dari museum tertua di Indonesia ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif