SOLOPOS.COM - Camat Cepogo, Dwi Sundarto (tengah), didampingi Kades Cepogo, Mawardi (kiri), dan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Cepogo, Muhammad Isak, saat sosialisasi Koni di hajatan pernikahan warga Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Rabu (18/1/2023). (Istimewa)
Solopos.com, BOYOLALI — Camat Cepogo, Boyolali, Dwi Sundarto, membuat kaget pasangan pengantin asal Dusun Tumang Kulon, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, saat tiba-tiba datang membawa Kado Pernikahan atau Koni di hajatan pernikahan mereka, Rabu (18/1/2023).
Kedatangan Dwi Sundarto ke resepsi pernikahan Nur Kholis, 29, dan Anik Setyani, yang sama-sama warga Cepogo itu, khususnya untuk menyerahkan kado pernikahan berupa dokumen administrasi kependudukan.
Isinya ada kartu keluarga (KK) sang pengantin, KK orang tua pengantin, dan KTP baru pasangan tersebut. Nur Kholis kaget karena merasa tidak mengurus syarat administrasi dokumen-dokumen tersebut di kantor kecamatan.
Ia hanya mengurus dokumen pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) Cepogo. Usut punya usut, penyerahan dokumen kependudukan itu langsung saat acara pernikahan kepada warga merupakan program inovasi Pemerintah Kecamatan Cepogo bernama Koni, singkatan dari Kado Pernikahan.
Ia hanya mengurus dokumen pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) Cepogo. Usut punya usut, penyerahan dokumen kependudukan itu langsung saat acara pernikahan kepada warga merupakan program inovasi Pemerintah Kecamatan Cepogo bernama Koni, singkatan dari Kado Pernikahan.
Camat Cepogo Dwi Sundarto mengatakan program Koni adalah salah satu inovasi dari Kecamatan Cepogo, Boyolali, yang berlaku sejak Maret 2022. Ia datang langsung ke acara pernikahan warga untuk memberikan kado pernikahan sekaligus menyosialisasikan Koni.
Koni, ungkap Dwi, merupakan program Pemerintah Kecamatan Cepogo dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Boyolali. Program Koni bertujuan memberikan kemudahan layanan administrasi kependudukan bagi warga yang baru menikah.
Ia mengungkapkan inovasi kependudukan di Kecamatan Cepogo, Boyolali, tak hanya Koni, tapi juga ada program Sweet 17. Program Sweet 17 bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Cepogo untuk menjaring siswa yang hampir atau sudah berumur 17 tahun.
Siswa yang telah memenuhi syarat atau menuju 17 tahun tersebut akan diminta untuk mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan ke sekolah yang sudah berkoordinasi ke Pemerintah Kecamatan Cepogo.
Sementara itu, Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Cepogo sekaligus pencipta ide Koni dan Sweet 17, Muhammad Isak, mengungkapkan ide awalnya menciptakan Koni karena ingin mempermudah pengurusan administrasi kependudukan masyarakat.
“Sweet 17, nanti anaknya tinggal ke sini bawa fotokopi KK, itu sebagai syarat formal. Nah, setelah itu, KTP elektronik akan jadi di hari itu juga,” ujarnya.
Sementara program Koni, lanjut Isak, dibuat karena biasanya warga setelah menikah tidak langsung mengurus perubahan KTP dan KK. Bahkan, kata Isak, ada yang baru membuat KTP dan KK baru saat akan melahirkan anak.
Ia ingin program Koni dapat memberikan kemudahan dan kecepatan pengurusan dokumen kependudukan sesuai kondisi riil sebagai penguat status kewarganegaraan yang sah bagi warga Kecamatan Cepogo, Boyolali.
“Pemerintah Kecamatan Cepogo ada MoU [Memorandum of Understanding] dengan Kantor Urusan Agama Cepogo, dan pemerintah desa. Ini sebagai jejaring kami, sehingga nanti KTP dan KK baru pengantin bisa keluar sebelum buku nikah resmi,” jelasnya.
Sebagai informasi, inovasi pelayanan publik Kado Pernikahan atau Koni dan Sweet 17 meraih juara I dalam Lomba Krenova Pemkab Boyolali kategori ASN/Perangkat Daerah.
Selain itu, inovasi ini telah didaftarkan dalam Surat Pencatatan Ciptaan dengan nama pencipta Muhammad Isak dan pemegang hak cipta oleh Kecamatan Cepogo.