SOLOPOS.COM - Sejumlah perawat tengah memeragakan penggunaan Kain Penyelamat Jiwa di ruang Asoka dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Rabu (11/1/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIInovasi Kain Penyelamat Jiwa (KPJ) diklaim menurunkan angka kematian bayi akibat berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Inovasi ini muncul lantaran kasus BBLR menjadi penyumbang terbesar angka kematian bayi di RS tersebut. 

Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Adhi Dharma, menerangkan angka kematian bayi akibat BBLR cukup tinggi pada beberapa tahun lalu. Bayi BBLR merupakan bayi baru lahir dengan berat badan lahir 1.500-2.500 gram. Kondisi hemodinamik BBLR tidak stabil sehingga memperlambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. 

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selain itu, bayi menjadi gelisah dan sering menangis. Akibatnya pernapasan menjadi lebih cepat dan detak jantung tidak stabil. Kondisi semacam itu membuat bayi rawan mengalami kematian.

Perawatan bayi BBLR pun mahal. Perawatan Bayi BBLR biasanya menggunakan blanket warmer yang berfungsi sebagai penghangat bayi. Harga alat tersebut mulai dari Rp60 juta-Rp80 juta. 

Atas kondisi itu, sejumlah perawat dan dokter RSUD Wonogiri melakukan riset menekan hal tersebut sejak pertengahan 2019. Riset dilakukan kurang lebih enam bulan dengan beberapa cara, seperti penggunaan musik instrumental, murottal Al-Qur’an, dan KPJ. 

Musik instrumental dan murottal Al-Qur’an tidak menunjukkan perubahan signifikan pada bayi BBLR. Sementara KPJ menunjukkan hal positif pada bayi BBLR.

Bayi BBLR dengan menggunakan KPJ menjadi nyaman. Kondisi hemodinamik bayi cukup stabil. Hal itu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berat badan bayi mencapai lebih dari 2.500 gram.

“Sejak ada KPJ angka kematian bayi turun cukup drastis. KPJ mulai diterapkan seja 2020” kata Adhi saat ditemui Solopos.com di ruangannya di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Rabu (11/1/2023).

Informasi yang dihimpun Solopos.com, pada 2019 angka kematian bayi akibat BBLR sebanyak 170 anak. Pada 2020 turun menjadi 38 anak dan 2021 turun menjadi 20 anak.

Selain jauh lebih murah, KPJ dinilai lebih mudah. KPJ hanya membutuhkan lima lembar kain bedong.

Masing-masing kain dibentuk segitiga dan ditumpuk yang kemudian digulung. Gulungan kain itu dibentuk melingkar menyerupai sarang burung. Bayi BBLR diletakkan di tengah-tengah KPJ. 

“Hanya butuh Rp50.000 untuk beli lima kain bedong. Ini jauh lebih murah dibandingkan membeli blanket warmer,” ujar dia.

Dokter spesialis anak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Khairunnisa Wardani, menyampaikan bayi BBLR biasanya karena lahir prematur. Kelahiran prematur bisa disebabkan faktor ibu maupun bayi, seperti gangguan fungsi plasenta atau infeksi . 

Fungsi organ bayi BBLR pada umumnya belum bekerja secara optimal karena belum matang. Sistem imunitas mereka sangat rendah sehingga mudah infeksi hingga mengalami kematian. Oleh karena itu, perawatan bayi BBLR jauh lebih ekstra dibanding bayi lahir normal.

“KPJ ini menjadi solusi atas permasalahan itu. KPJ memungkinkan bayi tetap bergerak leluasa tapi tetap dengan kondisi nyaman dan aman. Pergerakan bayi yang fleksibel ini menstimulasi otak,” kata Khairunnisa.

Dia melanjutkan, KPJ ini sudah diterapkan di puskesmas-puskesmas di Wonogiri yang memiliki bangsal perawatan bayi. Selain itu diterapkan kepada orang tua yang melahirkan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso.

Dia tidak memungkiri jika inovasi ini belum diuji secara ilmiah melalui pembuatan jurnal. Namun sudah terbukti cukup menekan angka kematian bayi di rumah sakit tersebut.

“KPJ ini juga sudah diterapkan di salah satu rumah sakit swasta di Wonogiri,” ucap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri, Setyarini, menyebut KPJ belum pernah diimplementasikan di masyarakat dengan dipantau pengaruhnya.

Dia belum bisa menjamin KPJ bisa menurunkan risiko kematian bayi akibat BBLR. Hal itu berbeda dengan metode kanguru, yaitu mendekapkan bayi dengan orang tua agar menjaga suhu tubuh bayi tetap stabil.

Metode kanguru sudah dikembangkan dan dilakukan penelitian sejak 15 tahun oleh Universitas Gajah Mada. Metode ini sudah awam dipraktikkan di Indonesia.

Metode kanguru dan KPJ sama-sama bertujuan menjaga suhu tubuh bayi BBLR agar berat badannya tidak semakin turun. Menurut dia, bayi BBLR sangat sulit menaikkan berat badan jika suhu lingkungan tidak mendukung.

“Tapi saya belum bisa menjamin KPJ bisa menurunkan risiko kematian bayi. Sebab belum ada bukti fungsinya dalam menurunkan angka kematian bayi di Wonogiri. Maaf, bukan bermaksud tidak mendukung. Takutnya, nanti berkesan sesederhana itu dalam menurunkan angka kematian bayi di Wonogiri,” jelas Setyarini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya