Soloraya
Rabu, 6 April 2022 - 09:59 WIB

Inovatif, Perajin Kartasura Bikin Karak Nasi Aneka Rasa dan Warna

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mrahanto menunjukkan perbedaan warna karak rasa terasi dan bawang, di rumahnya di Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo, Minggu (3/4/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Perajin karak, Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo, Mrahanto, 59, berharap karak menjadi camilan populer seperti keripik dan bukan hanya dikenal sebagai pendamping makan berat. Dia berinovasi memberikan rasa-rasa baru agar karak bisa dinikmati setiap saat.

“Harapannya kan orang nonton TV nyemil karak, ada tamu disuguhi karak, bukan hanya untuk nemani makan nasi. Tapi ya orang-orang mindset-nya masih seperti itu. Kalau kami sudah mencoba ke sana [camilan], sudah ada rasa ikan dan udang, ada yang rasa bawang, terasi juga ada. Ada juga yang diberi sari daun kelor agar warnanya hijau,” jelas Mrahanto yang memproduksi Karak Super Werkudoro saat dijumpai di rumahnya, Minggu (3/4/2022).

Advertisement

Dia mengatakan karak bikinannya telah mendapat Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari dinas kesehatan. Dia mengklaim karak yang diproduksi hanya mengandalkan panas matahari untuk keawetan karak.

Baca juga: Nasib Perajin Karak Kartasura Terimbas Pandemi dan Kenaikan Harga Migor

Advertisement

Baca juga: Nasib Perajin Karak Kartasura Terimbas Pandemi dan Kenaikan Harga Migor

“Tidak pakai pengawet, kalau nasinya juga kan bukan nasi basi. Jadi beras yang memang dimasak untuk keperluan pembuatan karak. Kalau biar awet, yang penting benar-benar kering dan kadar airnya sedikit itu sudah pasti awet,” terangnya.

Dia bercerita proses pengeringan karak yang dia lakukan menggunakan tempat khusus yang terbuat dari jaring nyamuk yang berbahan alumunium, sehingga meminimalisasi risiko tempat penjemuran berkarat. Hanya saja jaring alumunium itu memang tidak sekuat jaring kawat biasa sehingga mudah rusak.

Advertisement

Baca juga: Sudah Buka! Spot Kuliner untuk Buka Puasa di Eks Gedung Lowo Sukoharjo

Mrahanto sempat diminta menitipkan karak buatannya di toko modern terdekat. “Belum jadi dititipkan, soalnya kalau ke Indomaret itu harus sudah matang. Sebenarnya sudah mencukupi kualitas masuk pasar itu, tapi saya sendiri belum untuk penjualan karak matang,” terang dia yang juga menjabat ketua RT setempat.

Menurutnya, penjualan karak matang memerlukan proses produksi lebih panjang, belum lagi peralatan yang harus dia siapkan agar karaknya dapat bertahan lama. Kini, Mrahanto mengaku hanya menjual karak mentah dengan harga Rp8.000-Rp10.000/250 gram tergantung rasa.

Advertisement

Sementara itu, istri Mrahanto sekaligus pembuat karak, Ida Sofyani, 49 mengatakan proses pembuatan karak tidak begitu rumit hanya saja memang memerlukan panas matahari yang cukup.

Baca juga: Kapolres Sukoharjo: Tak Ada Alasan Ormas Nekat Sweeping Saat Ramadan

“Kalau tidak ada panas, bisa rusak dan berjamur. Kalau proses pencetakan mudah hanya saja kalau berlubang harus diulangi sampai tidak ada yang bolong, tapi kadang-kadang setelah dijemur masih ada yang rusak juga,” katanya.

Advertisement

Jika proses pengeringan tak berhasil, daripada merugi dia memilih menjual karaknya dengan harga minim tanpa menggunakan label. Hal itu dilakukannya untuk menutup ongkos produksi atau pembelian beras.

Sementara itu, Sri Kanti, 55, warga Kartasura menilai harga karak bikinan Mrahanto masih wajar. “Kalau karak harga segitu masih wajar, soalnya bersih dan pasti aman [dari boraks], paling gorengnya pas Lebaran buat camilan, minyak juga masih tinggi harganya,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com di sekitar Pasar Kartasura, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Mal di Sukoharjo Gelar Fashion Festival dan Bagikan Takjil Saat Ramadan

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif