Soloraya
Minggu, 18 Januari 2015 - 22:30 WIB

INTERNATIONAL RAIN FESTIVAL 2015 : Di Kartasura, Seniman Bergembira Sambut Hujan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

International Rain Festival 2015, Minggu (18/1/2015) malam, digelar di bawah hujan rintik-rintik.

Solopos.com, SUKOHARJO — Hujan bukanlah halangan pertunjukan seni. Pemikiran itulah yang ditunjukkan oleh sejumlah seniman yang meramaikan International Rain Festival 2015 di Mugidance Studio, Dukuh Krapyak, Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Minggu (18/1/2015) malam.

Advertisement

Di bawah rintik hujan, sepuluh kelompok seni dari berbagai daerah itu menghadirkan tontonan yang tak biasa kepada masyarakat Desa Pucangan dan sekitarnya. Pertunjukan International Rain Festival 2015, Minggu malam itu, diawali penampilan Saka Galeri dari Solo berjudul Serat Pepali.

Serat Pepali bercerita tentang mitologi Ki Ageng Sela yang menangkap petir. Serat Pepali juga menjadi backsound tembang yang dinyanyikan Lawuwarta. Di Panggung Mandala yang merupakan salah satu arena International Rain Festival 2015 itu, Serat Pepali diperagakan seorang dalang yang memainkan satu anak wayang kulit, dua orang pembaca serat, dan seorang pemusik mengiringi pertunjukan. Sang dalang berputar-putar di panggung mandala sambil mengangkat tinggi-tinggi wayang yang dia pegang.

Advertisement

Serat Pepali bercerita tentang mitologi Ki Ageng Sela yang menangkap petir. Serat Pepali juga menjadi backsound tembang yang dinyanyikan Lawuwarta. Di Panggung Mandala yang merupakan salah satu arena International Rain Festival 2015 itu, Serat Pepali diperagakan seorang dalang yang memainkan satu anak wayang kulit, dua orang pembaca serat, dan seorang pemusik mengiringi pertunjukan. Sang dalang berputar-putar di panggung mandala sambil mengangkat tinggi-tinggi wayang yang dia pegang.

Empat penjuru mata angin dia putari. Serat dan tarian ini juga menunjuk pada empat unsur alam, yakni banyu (air), bumi (tanah), angin, dan geni (api), yang menyatu dengan empat arah mata angin.

Di tengah penampilan Saka Galeri, penari Martinus Miroto dan Mila Rosita dari Studio Banjarmili, Jogja, memberi kejutan. Keduanya tiba-tiba muncul dan masuk ke panggung dengan kostum ketat warna-warni.

Advertisement

Dalam tarian berjudul Pancer itu, Mila dan Miroto juga berinteraksi dengan penonton yang mayoritas membawa payung. Anak-anak histeris ketika Mila dengan topeng misteriusnya mendekati dan merebut payung mereka.

Dalam beberapa gerakan, keduanya tampak menyatu. Kedua penari ini menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam itu sebenarnya sangat dekat.

Sepasang Rembulan
Penampilan yang berbeda diperagakan kelompok seni Alangalang dari Solo. Mengawali festival, mereka menyuguhkan komposisi musik berjudul Orang-orang Yang Menunggu Hujan. Instrumen musik tersebut menceritakan musim hujan yang dimaknai sebagai musim turunnya rezeki dan banyak orang menyambutnya dengan kegembiraan.

Advertisement

Dalam komposisi ini, Alangalang memainkan musik rancak namun masih memberikan suasana tradisional dengan membunyikan kenong. Kegembiraan pun terpancar dari komposisi musik yang mereka suguhkan.

Selesai memainkan Orang-orang Yang Menunggu Hujan, Alangalang langsung melanjutkan dengan komposisi kedua berjudul Munajat Sepasang Rembulan. Kali ini, mereka bukan hanya membawakan instrumen musik dengan beat tinggi, tapi juga mempersembahkannya dengan iringan dua penari.

Kedua penari diibaratkan sebagai penjelmaan sepasang rembulan. Gerak para penari mencerminkan bahwa malam pun ikut sembahyang menjadi imam di kala hujan. Tidak ada ucapan yang keluar dari penari. Yang mereka tunjukkan hanya seulas senyuman.

Advertisement

Begitu Alangalang memungkasi penampilannya, giliran Paolo Rosi dari Italia yang menyihir penonton dengan instrumen musik syahdunya. Dia memainkan Sampek, alat musik asli suku Dayak, yang dipadukan dengan alunan musik elektrik yang dikontrol dari sebuah laptop.

Dia menciptakan suasana malam dengan rintik hujan itu menjadi terasa  begitu berbeda. Program Director Mugidance Company, Nuri Aryati, yang juga pemrakarsa International Rain Festival 2015 mengatakan sudah mewanti-wanti pengunjung agar membawa peralatan pelindung seperti payung atau mantel. “Jadi bisa menikmati pertunjukan di tengah-tengah hujan,” ujar Nuri.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif