SOLOPOS.COM - Mugidance Studio, Pucangan, Kartasura (mugidancecommunity.blogspot.com)

International Rain Festival 2015 bakal digelar di Mugidance Studio, Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Tak masalah apakah hujan bakal turun atau tidak saat festival digelar.

Solopos.com, SOLO — Komunitas kesenian Mugidance bakal menghelat International Rain Festival 2015 di awal tahun baru 2015 ini. Festival tersebut digelar sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Tuhan berupa hujan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Festival yang bakal digelar Sabtu-Minggu (17-18/1/2015) di Mugidance Studio, di Krapyak RT 001/RW 007, Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo itu bakal dimeriahkan 20 seniman dan komunitas seni dari berbagai daerah di Indonesia dan negara manca.

Program Director Mugidance, Nuri Aryati, mengatakan festival tersebut digelar karena selama ini banyak orang menganggap hujan sebagai momok. Karena dianggap momok, terang dia, maka banyak pelbagai acara, seperti rapat, pertunjukan seni dan sebagainya dibatalkan dengan dalih turun hujan.

“Festival ini digelar untuk mengubah pemikiran orang-orang yang masih takut dengan hujan. Padahal hujan itu adalah salah satu nikmat dari Tuhan. Jadi hujan bukan untuk ditakuti, tapi harus disyukuri dan dirayakan,” ujar Nuri saat dihubungi Solopos.com, Senin (5/1/2015).

Menurut dia, satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir orang bahwa hujan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti adalah dengan melawannya. “Melawan hujan ya dengan hujan-hujanan,” kata istri seniman tari Mugiyono Kasido ini.

Merayakan Hujan
Festival hujan ini, imbuh dia, bertujuan mengajak setiap orang untuk merayakan datangnya kucuran air dari langit. Bila biasanya hujan selalu dihindari dalam penyelenggaran pertunjukan luar ruang, maka dalam festival ini orang-orang justru diajak untuk mendatangi ketakutan itu dan mengubahnya menjadi kegembiraan.

International Rain Festival 2015 ini rencananya digelar secara outdoor atau di alam terbuka. Pihaknya telah menyiapkan lima lokasi outdoor di kompleks Mugidance Studio. Tidak seperti pertunjukan seni yang dilengkapi dengan panggung megah, festival ini jusru jauh dari kegemerlapan. Para seniman antargenerasi yang berpartisipasi dalam festival akan tampil di pendapa, mandala, rerumputan, kandang kebo, dan kolam lumpur.

Nuri beserta komunitas kesenian Mugidance berharap festival tersebut dapat mengubah pola pikir masyarakat untuk kembali menyadari kearifan alam. Saat musim penghujan, sambung dia, biasanya akan diiringi dengan musim tanam padi. Makna hujan berarti mengajak para petani untuk kembali memanfaatkan kekuatan alam.

“Entah nanti saat festival berlangsung kondisinya turun hujan atau tidak, itu tidak masalah,” ujar Nuri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya