Soloraya
Sabtu, 19 Maret 2022 - 09:08 WIB

Intip Pembuatan Seni Kaligrafi dari Kulit Kambing di Sonorejo Sukoharjo

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lukisan harimau pada lembar kulit kambing karya perajin di Sonorejo, Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo Kamis (17/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Geliat kerajinan seni kaligrafi di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tetap eksis meski tak semarak tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19. Salah satu perajin kaligrafi generasi kedua di Sonorejo, Alif Nurhayadi, 34, membeberkan bagaimana pembuatan seni kaligrafi yang unik itu.

“Pembuatannya mulai dari ketika kulit masih ada bulunya itu, direndam, dihilangkan daging dan lemak yang masih menempel, dijemur dengan cara dilentangkan menggunakan kayu sampai kering, sampai tidak ada lagi bekas daging dan lemaknya,” jelasnya ketika ditemui di rumahnya, Kamis (17/3/2022).

Advertisement

Dia menjelaskan proses pembuatan media tersebut menurutnya membutuhkan waktu 3-7 hari. Setelah itu dilakukan pewarnaan, entah itu penulisan kaligrafi pada umumnya maupun lukisan yang dipesan khusus oleh para pembeli. Lukisan khusus itu biasanya diwarnai menggunakan cat minyak.

Baca juga: Ekspor Sepi, Perajin Kaligrafi Sonorejo Sukoharjo Jualan di Marketplace

Advertisement

Baca juga: Ekspor Sepi, Perajin Kaligrafi Sonorejo Sukoharjo Jualan di Marketplace

“Kalau pemesanan lukisan yang langsung di bulu itu membutuhkan waktu lebih lama bisa hampir satu pekan. Jadi harus pesan dulu. Kalau yang kaligrafi biasa ada terus stoknya. Jika daging tadi masih menempel di kulit, pewarna dalam lukisan juga tidak bisa keluar, warnanya pasti akan jadi biru,” jelasnya.

Menurutnya, pembuatan lukisan kaligrafi biasanya tidak menempel pada bulu, melainkan langsung pada kulit yang telah dihilangkan bulunya. Tetapi saat ini banyak peminat menginginkan lukisan langsung pada bulunya.

Advertisement

Baca juga: Wow! Ada Kentungan dan Kaligrafi Buatan 1930-an di SD DJI Solo

Alif menambahkan sanggar miliknya menjual berbagai macam varian ukuran kaligrafi mulai dari yang berukuran 22×22 cm2 hingga jumbo 55×85 cm2 dengan kisaran harga mulai dari Rp25.000 hingga Rp225.000 untuk kaligrafi dengan motif khusus.

Motif dan Corak Beragam

Ditemui dilokasi yang sama pada Kamis, pemilik sanggar kaligrafi sekaligus ayah dari Alif, Triono Miono, 63, menambahkan dulu dirinya hanya melukis wayang pada bulu kulit kambing. Namun kini pemesan menginginkan motif atau corak yang beragam, ada yang meminta harimau, buroq dan lainnya.

Advertisement

“Dulu saya melukis sendiri, mulai dari wayang, kalau sekarang minta macam-macam gambarnya. Kalau gambarnya sama, satu pekan sudah dapat dua [lembar], sekarang sudah ada pegawainya 7 orang, Selama pandemi ini biasanya [pegawainya] pagi mengambil, nanti sore itu dikembalikan ke sini, jadi dikerjakan dirumah, untuk keamanan dan kesehatan saja selama masa Covid ini,” kata Miono.

Baca juga: Perajin Wayang Kulit di Sonorejo Sukoharjo Bertahan Meski Order Sepi

Selain itu Miono mengeluhkan harga bahan baku yang kian merangkak naik, seperti kulit kambing, plastik penutup kaligrafi. Ironisnya pembeli kini jumlahnya justru kian menurun.

Advertisement

“Kalau dulu kulit kambing sekitar Rp40.000-Rp45.000 sekarang sekitar Rp65.000-70.000 kulit kambing per biji [lembar], itu bahannya, belum prosesnya, kulit kambing biasanya membeli dari Boyolali dan Solo,” jelasnya.

Miono menjelaskan di masa lalu dirinya mampu menjual kepada tengkulak pasar malam sekitar 200 pieces bingkai kaligrafi, namun kini hanya 70-100 pieces saja per dua pekannya. Miono mengaku tak pernah menjual kerajinannya dengan berkeliling. Dia hanya menjual di rumah dan melalui marketplace.

Miono juga menjelaskan dirinya pernah melakukan ekspor ke Malaysia dan Turki namun saat ini berhenti karena terkendala pandemi. Dia mengatakan dulu pengiriman ke Turki mencapai 3.800 bingkai dalam 3-4 bulan sekali. Menurut Miono, pihak pembeli dari Turki biasanya meminta seni kaligrafi yang bingkainya berukir. Hal itu membuat harga jual kerajinannya bertambah ketika diekspor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif