Investasi Boyolali, Bupati Seno menunggu restu Presiden Jokowi terkait rencana pembangunan bandara komersial.
Solopos.com, BOYOLALI — Rencana pembangunan bandara di Boyolali belum tentu terealisasi. Proyek itu masih menunggu restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini disampaikan Bupati Boyolali Seno Samodro di sela-sela pembukaan Kantor Cabang Pembantu Bank Jateng Syariah Boyolali, Senin (17/10/2016). Seno menyebut nilai investasi bandara itu mencapai Rp42 triliun atau enam kali lipat dari investasi pembangunan terminal ultimate 3 Bandara Soekarno Hatta Cengkareng.
Bahkan area parkir yang disiapkan mampu menampung 38.000 kendaraan. “Tapi sekali lagi, itu dengan catatan kalau Presiden setuju. Disetujui atau tidak sama Pak Jokowi, kita tunggu akhir bulan ini kepastiannya. Calon investornya mau saya pertemukan dulu dengan Pak Presiden,” papar Seno.
Ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun lalu membuat Seno kehilangan waktu sekitar tujuh bulan untuk melakukan proses lobi-lobi. Jika investasi pembangunan bandara ini mendapat restu Jokowi, Seno meyakini akan terjadi pertumbuhan luar biasa di sektor investasi.
Selama kepemimpinan Seno hingga tahun ini, nilai investasi yang masuk ke Boyolali hampir menembus Rp5 triliun. “Kalau Pak Jokowi yes, Boyolali akan punya bandara yang mengalahkan [Bandara] Soekarno Hatta,” ujar dia.
Seperti diketahui, Seno berambisi merealisasikan megaproyek bandara komersial yang bisa jadi akan menggantikan Bandara Adi Soemarmo. Bahkan, dia sudah menyiapkan tiga lokasi alternatif untuk pembangunan bandara itu. Salah satunya di Desa Madu, Desa Tambak, dan Desa Karangnongko di Kecamatan Mojosongo.
Perkembangan investasi yang cukup pesat di Boyolali mendapat apresiasi dari Pemimpin Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto. Bandoe yang juga hadir dalam peresmian Bank Jateng Syariah Cabang Pembantu Boyolali mengatakan Boyolali adalah salah satu kabupaten di Soloraya yang mencatat pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi Jateng dan nasional.
“Pertumbuhan ekonomi ini tak lepas dari pengelolaan investasi yang menjanjikan,” kata Bandoe.
Pada 2015, ekonomi Boyolali tumbuh pada 6,08% sedangkan pertumbuhan ekonomi Jateng dan nasional masing-masing hanya 5,4% dan 4,8%. Angka inflasi Boyolali juga lebih rendah dibandingkan inflasi Jateng dan nasional.
“Angkanya 2,58%. Sedangkan inflasi sampai dengan Juli tahun ini baru 1,85% ytd [year to date]. Kondisi ini menggambarkan sisi makro ekonomi sudah terkelola dengan baik.”