Soloraya
Minggu, 5 Februari 2012 - 10:42 WIB

INVESTASI DI WONOGIRI: Bupati Jangan Hanya Mewacanakan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri Danar Rahmanto

Bupati Wonogiri Danar Rahmanto

WONOGIRI--Anggota DPRD Wonogiri mendesak Bupati Wonogiri agar lebih gereget dan tidak terus-menerus mewacanakan soal investasi. Selama hampir 15 bulan pemerintahan baru Wonogiri dibawah kendali Bupati H Danar Rahmanto masyarakat menilai kinerja masih lambat.

Advertisement

Program investasi yang sering diwacanakan belum terlihat serius. Implementasi di lapangan belum terlihat. Penegasan itu disampaikan Ketua Komisi B DPRD Wonogiri, Sugiarto, Sabtu (4/2/2012).

“Mestinya ada langkah riil oleh Bupati terkait program yang telah diwacanakan. Jangan hanya mewacanakan tahun investasi sementara implementasi di masyarakat tak ada. Mana pabrik yang diwacanakan berdiri di Wonogiri?”

Menurut politisi Partai Golkar ini, program yang masih diangan-angan hendaknya tak diwacanakan. Anggota Dewan asal Kecamatan Pracimantoro ini menyatakan, Dewan selalu mendukung program kerja untuk kesejahteraan rakyat. “Termasuk wacana pembudidayaan singkong varietas baru. Asalkan program itu tak obor blarak, (anggota) Dewan pasti mendukung,” ujarnya.

Advertisement

Apalagi, jelasnya, Wonogiri sentra pertanian. Namun demikian, tegasnya, ending dan kelanjutan suatu program hendaknya lebih nyata. Bagaimana dengan program pembudidayaan singkong varietas gajah? Sugiarto menyatakan pelu kajian teknis dan inventarisasi lahan. “Kalau memang animo petani tinggi dan lahan tersedia ya Dewan akan mendukung. Salah satunya mengalokasikan pengadaan bibit untuk diberikan kepada petani.”

Sebelumnya Bupati Wonogiri, H Danar Rahmanto mengatakan, pihaknya telah membuat demplot budidaya singkong varietas gajah di tiga kecamatan. Menurutnya, satu batang singkong bisa menghasilkan 30 kilogram. Dia berharap, bahan pangan alternatif mulai dikembangkan oleh masyarakat.

“Tepung sebagai bahan baku membuat roti sedikit demi sedikit mulai dikurangi. Produsen mulai mengarah kepada penggunaan tapioka atau mocaf. Apabila mocaf sudah mampu menggantikan tepung maka faktor rutinitas dan kuantitas produk harus terjaga. Salah satu cara dengan meningkatkan sumber daya manusia dan teknologi.”

Advertisement

(JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif