SOLOPOS.COM - Pengguna jalan melintas di sekitar Jembatan Kali Sendang, Jl. Randusari-Kopen, Desa Nepen, Kecamatan Teras, Boyolali, Jumat (10/10/2014). Sejumlah petani mengeluh dengan sampah yang menyumbat irigasi setempat. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI – Petani di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Boyolali mengeluhkan tumpukan sampah di sekitar Jembatan Kali Sendang. Sampah itu terus bertambah hingga menyumbat aliran irigasi ke puluhan hektare (ha) lahan pertanian.

Salah seorang petani Desa Nepen, Parjo, 44, menjelaskan sampah tersebut bukan berasal dari warga sekitar Nepen melainkan sejumlah pengguuna jalan yang membuang sampah sembarangan saat melintas di jalan Randusari-Kopen itu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Iya, jalan sini ramai karena termasuk jalan alternatif menuju Klaten. Tidak tahu siapa yang membuang sampah-sampah di jembatan. Sampah semakin banyak menumpuk hingga menyumbat aliran kali,” kata Parjo saat dijumpai di sekitar Jembatan Kali Sendang, Jumat (10/10/2014).

Parjo mengatakan kerugian karena tersumbatnya aliran irigasi Kali Sendang tidak hanya dialami petani di Nepen. Petani di Desa Kopen yang notabene terletak di bagian timur Nepen tersebut tidak bisa menikmati aliran Kali Sendang selama sampah masih menutup aliran kali itu.

Petani dari Kelurahan Mojosongo yang menggarap lahan di Nepen, Triwanto, 60, mengatakan keberadaan tumpukan sampah di Jembatan Kali Sendang tersebut lebih terasa merugikan bagi warga atau petani saat musim penghujan. Sampah tidak bisa dibakar dan menyulitkan warga untuk mengatasi sumbatan.

Petani lain di Nepen, Giyanto, 55, menghimbau kepada masyarakat umum agar sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan di sekitar Jembatan Kali Sendang.

“Masalah sampah tidak hanya terjadi di wilayah kota [Boyolali]. Semua daerah butuh pendampingan untuk mengelola sampah. Apabila sampah organik, bisa saja kami kelola untuk ditimbun hingga dijadikan pupuk. Sampah plastik kami hanya bisa membakar. Hal itu pun tidak bisa dilakukan terus-terusan,” kata Giyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya