SOLOPOS.COM - Wisatawan berkunjung di objek wisata Watu Cenik, Desa Sendang, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Selasa (19/9/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com Stories

Solopos.com, WONOGIRIWonogiri dengan kondisi alam dan geografisnya yang meliputi perbukitan, hamparan sawah, hingga pantai indah memiliki potensi besar untuk dikembangkan dari sektor pariwisata, misalnya melalui pengembangan desa wisata.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sayangnya potensi besar itu belum digenjot secara maksimal. Pengembangan desa wisata misalnya, dengan total 251 desa di Wonogiri, hanya ada enam desa yang saat ini sudah ditetapkan sebagai desa wisata.

Berdasarkan data Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri, enam desa itu yakni Desa Conto di Kecamatan Bulukerto, Desa Sendang di Kecamatan Wonogiri, Desa Kepuhsari dan Desa Karanglor di Kecamatan Manyaran. Kemudian Desa Sumberejo di Kecamatan Batuwarno dan Desa Paranggupito di Kecamatan Paranggupito. 

Jumlah desa wisata di Wonogiri jauh lebih sedikit dibandingkan Boyolali yang hingga 2023 ini sudah memiliki 47 desa wisata dari total 261 desa. Sedangkan Klaten, dengan total 391 desa, sudah memiliki 27 desa wisata hingga 2022 lalu.

Ada sejumlah kendala yang membuat perkembangan desa wisata di Wonogiri tak sekencang daerah lain. Salah satunya kendala sumber daya manusia (SDM). Tak bisa dimungkiri, meski tidak selalu butuh modal ekonomi, pengembangan desa wisata perlu modal sosial yang kuat dan solid.

Selain itu konsistensi SDM pengelola menjadi kunci utama keberlangsungan desa wisata. Tanpa itu, desa wisata sekadar nama tanpa ada aktivitas wisata. Tujuan desa wisata untuk mendongkrak perekonomian warga desa pun jauh dari kata tercapai.

Konsistensi SDM pengelola inilah yang menjadi kendala dalam pengelolaan dan pengembangan desa wisata di Wonogiri. Salah satunya di Desa Wisata Sendang, Kecamatan Wonogiri.

Konsistensi SDM Pengelola Desa Wisata

Desa Sendang ditetapkan sebagai desa wisata pada 2020 lalu. Sebagai desa wisata, Sendang memiliki paket lengkap untuk menjadi desa wisata maju jika digarap secara serius. Secara topografis, desa ini berada di ketinggian dan dekat dengan Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Dari ketinggian desa itu tersaji pemandangan hamparan perairan WGM dengan pulau dan keramba. Bermodalkan itu, Desa Sendang mengembangkan dua objek wisata yaitu Watu Cenik dan Puncak Joglo yang menawarkan panorama bentang alam Wonogiri.

desa wisata wonogiri
Puluhan wisatawan mengikuti kegiatan outbond di Pantai Sembukan, Paranggupito, Wonogiri, Agustus 2023 lalu. (Istimewa/Agus Kurniawan)

Desa ini bahkan menjadi spot landasan Paralayang. Sejumlah atraksi budaya seperti karawitan, kethek ogleng, dan tradisi lain pun dimiliki desa yang tepat berhadapan langsung dengan objek wisata WGM Wonogiri ini.

Desa ini juga dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten sehingga sangat mudah dijangkau. Tetapi keunggulan itu belum mampu membawa Desa Sendang menjadi desa wisata primadona di Wonogiri.

Musababnya, SDM pengelola desa wisata Sendang di bawah naungan Badan Usaha Milik (BUM) Desa Sendang Pinilih belum konsisten dalam mengembangkan desa wisata itu.

Salah satu pengelola Desa Wisata Sendang, Eka Yuniarti, mengatakan pengelolaan Desa Wisata Sendang saat ini masih mandek. Pengelola desa wisata belum solid dan belum ada komitmen untuk mengembangkan kembali desa wisata tersebut.

Para pengelola masih memilih untuk sibuk dengan pekerjaan utama masing-masing. Hal itu sebenarnya bisa dipahami karena memang kunjungan wisata di Sendang masih lesu. 

Penyediaan Akomodasi dan Paket Wisata

Tetapi di samping itu, Eka juga menyebut antarpengelola belum benar-benar sadar wisata. Mereka belum sadar potensi besar yang dimiliki Desa Sedang untuk menjadi desa wisata unggulan.

Dari puluhan warga yang menjadi pengelola, tidak lebih dari enam orang yang saat ini aktif memperbincangkan desa wisata.

“Masalah kami di situ, di SDM. Sebenarnya kami sudah berupaya untuk membangun kembali SDM pengelola desa wisata. Kami ada jadwal pertemuan rutin tiap bulan. Tetapi ya itu, banyak dari mereka yang pilih sibuk masing-masing,” kata Eka saat berbincang dengan Solopos.com di Balai Desa Sendang, Selasa (19/9/2023).

Gantole Wonogiri desa wisata wonogiri
Atlet paralayang bersiap take off atau lepas landas di Puncak Joglo, Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (23/8/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Eka menjelaskan Desa Sendang, sebenarnya sudah memiliki modal sosial yang cukup untuk menjadi desa wisata unggulan di Wonogiri. Dari segi atraksi, Desa Sendang memiliki sejumlah atraksi budaya mulai dari kesenian rakyat maupun kuliner tradisional.

Selain itu, keistimewaan lain yang tak dimiliki desa wisata lain yaitu atraksi tandem paralayang di Puncak Joglo. Apalagi terdapat objek wisata Watu Cenik yang bisa menjadi nilai tambah bagi wisatawan berkunjung ke Desa Sendang.

Akomodasi untuk penginapan pun sudah tersedia berupa homestay bertema modern maupun tradisional sebanyak tiga unit. Ada dua paket wisata utama yang ditawarkan yaitu tandem paralayang serta atraksi-atraksi budaya lain dan tracking serta atraksi budaya lainnya.

“Sayangnya memang belum berjalan kembali. Selama 2023 ini, belum ada kunjungan ke Desa Wisata Sendang,” ucap dia.

Kepala Desa Sendang, Sukamto, menguraikan sebelum pandemi Covid-19, Desa Sendang ramai pengunjung. Banyak wisatawan membeli paket-paket wisata yang ditawarkan.

Sulit Bangkit setelah Pandemi

Pengelola pun masih semangat dan bergairah menjalankan desa wisata itu. Setelah pandemi Covid-19, semua aktivitas kepariwisataan berhenti. Selepas pandemi, SDM pengelola desa wisata belum bisa bangkit.

Desa Wisata Sendang pun belum kembali terkelola baik. “Kalau boleh saya katakan, sekarang Desa Wisata Sendang ini jalan di tempat,” kata Sukamto.

Dia menjelaskan pengelolaan Desa Wisata Sendang berada di bawah naungan BUM Desa Sendang Pinilih. Ia sengaja menyerahkan pengelolaan desa wisata itu ke BUM Desa agar lembaga tersebut juga berkembang. Selama ini objek wisata di Desa Sendang juga dikelola BUM Desa. 

Sukamto mengaku bakal berupaya menghidupkan kembali desa wisata itu. Dia menyebut akan memberi pemahaman soal potensi desa wisata kepada warga pengelola untuk mendongkrak perekonomian warga desa. Tetapi desa belum akan memberikan penyertaan modal. 

Dia menyebut saat ini sejumlah pengelola masih berpikir bahwa wisata adalah objek wisata. Hal itu bisa dipahami karena di Desa Sendang ada dua objek wisata yang memang kerap dikunjungi wisatawan yang ditarik retribusi. Tetapi dua objek wisata itu pun saat ini sepi akibat pandemi Covid-19. 

larung kepala sapi laut selatan wonogiri labuhan ageng pantai sembukan desa wisata wonogiri
Warga Desa Paranggupito, Wonogiri, melarung kepala sapi pada tradisi Labuhan Ageng di Pantai Sembukan, Selasa (18/7/2023). (Istimewa)

Sukamto berniat akan mengintegrasikan Desa Wisata Sendang dengan objek wisata WGM Wonogiri. Misalnya di dalam paket wisata ada terbang menggunakan paralayang dari Puncak Joglo dan turun di lapangan objek wisata WGM. Setelah itu, wisatawan naik perahu atau speed boat di perairan WGM. 

“Berhubung saat ini objek wisata WGM sedang direvitalisasi, kami tunggu itu selesai dulu baru akan kami realisasikan,” ujarnya.

Pendamping Desa Wonogiri, Jessie Natalia, mengatakan pemerintah desa sebenarnya bisa memberikan penyertaan modal untuk pengembangan desa wisata dari dana desa.

Kisah Desa Wisata Peraih Penghargaan

Hal itu diizinkan dan tidak melanggar aturan. Hanya, penyertaan modal itu tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemdes harus tetap melakukan musyawarah dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan warga.

Persoalan SDM dalam pengelolaan desa wisata ini tidak hanya terjadi di Desa Sendang. Desa wisata lain di Wonogiri yang sudah mendapatkan penghargaan juara dalam ajang desa wisata tingkat provinsi maupun nasional pun terkendala masalah SDM.



Misalnya di Desa Paranggupito dan Desa Conto, Bulukerto. Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Paranggupito, Agus Kurniawan, mengakui pengembangan desa wisata masih terkendala pada SDM pengelola.

Meski anggota Pokdarwis Desa Paranggupito mencapai puluhan anggota tetapi yang kini aktif hanya segelintir orang. “Bahkan kami pernah terima wisatawan sekitar 80 orang tetapi hanya di-handle empat orang. Karena ya itu, kami minim SDM pengelola,” ucap dia. 

Kendati demikian, kata dia, saat ini SDM pengelola Desa Wisata Paranggupito mulai terbangun dengan baik. Selain itu, desa wisata juga masih berjalan terus.

Dengan SDM yang minim itu pula masih bisa memberikan pelayanan yang prima. Paket-paket yang ditawarkan pun bisa dilaksanakan. 

Terpisah, Ketua Pokdarwis Desa Wisata Conto, Asef Ardianto, juga mengakui tantangan terbesar dari pengembangan desa wisata adalah mengelola SDM. Desa wisata tidak akan berjalan tanpa ada SDM yang berkomitmen untuk menjalankannya.

SDM pengelola harus konsisten dan konsekuen dalam menjalankan desa wisata. “Manajemen SDM ini sangat penting. Komunikasi, sering bertemu, dan ngobrol antarwarga pengelola ini menjadi kunci,” jelas Asef.

Tak Bisa Dilihat dari Kacamata Bisnis

Kepala Seksi Pariwisata Disporapar Wonogiri, Panggah Triasmara, mengatakan SDM pengelola desa wisata masih menjadi faktor utama mengapa desa wisata sulit berkembang.

Butuh kerja sama dan sinergi antara pemerintah desa, pengelola, warga desa, dan pemerintah daerah untuk mengembangkan desa wisata.

Namun, faktor utama yang menjadi penentu desa wisata dapat berkembang atau tidak adalah SDM pengelola desa wisata tersebut. Mereka lah penggerak atau motor agar desa wisata itu tetap berjalan.



Pembentukan dan pengembangan desa wisata sering kali mandek di tengah jalan lantaran tidak ada komitmen dari para pengelola untuk benar-benar mengelola desa wisata.

desa wisata conto wonogiri
Anak-anak bermain di sawah di Desa Wisata Conto, Bulukerto, Wonogiri. (jatengprov.go.id)

Ada beberapa penyebab mengapa hal itu bisa terjadi, di antaranya kurang paham atau kompetennya SDM pengeola tentang pengelolaan desa wisata. Selain itu, keuntungan dari desa wisata dinilai belum atau tidak memuaskan.

Padahal hasil dari desa wisata tidak bisa dilihat seperti bisnis objek wisata. Di desa wisata, keuntungan tidak bisa dihitung secara riil seperti objek wisata yang dapat dihitung atau dilihat dari banyaknya tiket yang terjual.

Keuntungan di desa wisata bersifat menyebar, tidak terpusat. Misalnya, satu desa wisata dikunjungi oleh rombongan wisata. Mereka membeli satu paket wisata. Dalam paket wisata itu terdapat homestay, wisata kuliner, budaya, atau alam.

Komitmen untuk Merawat Desa Wisata

Dengan begitu, keuntungan wisata itu akan menyebar kepada pelaku-pelaku usaha dalam ekosistem desa wisata. Yang tidak kalah penting adalah menjaga kelestarian lingkungan di desa.

“Desa wisata itu tidak selalu ada wisata desa, ada objek wisata. Yang ditawarkan atau dijual di desa wisata itu paket-paket wisata. Di dalam paket itu ada atraksi budaya, ada edukasi atau rekreasi. Syaratnya itu,” kata Panggah saat berbincang Solopos.com di Kantor Disporapar Wonogiri, Rabu (20/9/2023). 

Menurut Panggah, ada banyak desa yang mencoba untuk membangun desa wisata di Wonogiri. Mereka membangun infrastruktur untuk desa wisata tapi tidak sanggup merawat karena tidak ada SDM yang berkomitmen untuk mengelola itu.

Pada akhirnya hal itu menjadi mangkrak dan gagal menjadi desa wisata. Panggah menyebut Disporapar sudah beberapa kali mengadakan pelatihan untuk pelaku usaha wisata desa wisata, termasuk pelatihan tour guide.

Tetapi memang belum memberikan bantuan tunai kepada desa wisata. Subkoordinator Pengembangan Daya Tarik Wisata Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah, Riyadi Kurniawan, mengungkapkan pembentukan dan pengembangan desa wisata masih terkendala SDM dan kelembagaan.



Tidak jarang antara pemerintah desa dengan pengelola justru tidak akur sehingga menghambat pengembangan desa wisata. “Kemampuan SDM pengelola untuk menciptakan kondisi pariwisata yang kondusif sesuai dengan sapta pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan itu menjadi utama desa wisata bisa berhasil.

“SDM masih menjadi kendala utama. Selain itu, sertifikasi kompetensi masyarakat terkait wisata juga masih ada kendala, baik tata kelola, pemandu, atau homestay. Perlu ada pelatihan khusus untuk mereka,” jelas Riyadi, beberapa waktu lalu.

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya