SOLOPOS.COM - Suasana masyarakat di Dukuh Mongkrong, Desa Jlarem, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Senin (30/11/2023). (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Guyub rukun ditampilkan warga terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) Gunung Merbabu di Jlarem, Gladagsari, Boyolali pada Senin (30/10/2023).

Puluhan ibu-ibu di Dukuh Mongkrong, Desa Jlarem, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, antre ngangsu air di salah satu terpal penampungan yang digelar di halaman salah satu warga, Senin pagi. Mereka berbagi tugas dengan suami mereka yang mengecek kondisi saluran air ke wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satu yang antre, Siti Zulaikha, mengatakan air telah mati total pada Sabtu (28/10/2023) siang. Sehingga, air pada Sabtu hanya bisa digunakan sehari dan pada Minggu ia harus mencari air. Ia mengambil air dengan menggendong jeriken di punggungnya.

“Jadi gara-gara kebakaran Merbabu, pipa air kami terbakar. Jadi harus ngangsu air,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di Mongkrong, Senin.

Pada Minggu, ia mengatakan hanya bisa mengambil dua jeriken. Siti mengatakan hanya bisa mengambil dua jeriken karena harus dibagi dengan warga lain.

Padahal, kebutuhan keluarganya lebih dari lima jeriken. Walaupun begitu, ia mengaku bersyukur dengan bantuan yang ada.

“Bantuan air ini dibagi rata, enggak ada jatah. Bukan hanya untuk Warga Dukuh Mongkrong, tapi juga Ngaglik dan Grogolan. Ini ibu-ibunya tugasnya ngangsu air, bapak-bapak cek pipanya, nanti pasang juga,” kata dia.

Terpisah, ibu-ibu lain, Ngatiyem, berharap bantuan air terus berjalan bagi dia dan tetangga-tetangganya. Ia menyatakan untuk air bisa kembali ke warga harus menunggu lebih dari 15 hari. Hal tersebut karena perlunya pergantian pipa air yang terbakar.

Selama pipa belum terpasang dan air belum mengalir, Ngatiyem berharap donatur air bersih tetap mengirimkan bantuannya. Ia merasa bersyukur sejak Minggu telah banyak donatur air bersih yang datang ke desanya.

“Untuk kebutuhan sehari-hari biasanya satu keluarga paling sedikit lima jeriken. Ini kemarin hanya bisa ambil dua, harus dihemat air. Untuk mandi sih bisa irit, tapi kalau untuk buang air besar? Kan enggak bisa, harus sampai bersih,” kata dia.

Sementara itu, donatur air bersih asal Dukuh Wuliyan, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Ahmad Suwarno, menjelaskan ia mengambil air dari sumber air yang ada di daerahnya.

Walaupun di atas dukuhnya terjadi kebakaran, akan tetapi warga berhasil mengamankan pipa dengan membuat sekat bakar sehingga air tetap mengalir dari Gunung Merbabu. Donasi air ke daerah yang terdampak air bersih dilakukan atas dasar kepedulian warga sesama lereng gunung.

“Pada Minggu kami mengirim lima, untuk Senin pagi tiga mobil, sore tiga truk dan lima mobil kecil,” jelas dia.

Ia mengatakan pengiriman air bersih dari desanya tidak hanya dikirimkan ke beberapa tempat seperti di Macanan, Sokowolu, dan beberapa daerah lain yang terdampak kesulitan air bersih.

“Misi sosial kami membantu sesama, tidak hanya satu wilayah. Akan tetapi di mana yang urgen, akan kami bantu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya