Soloraya
Sabtu, 15 Mei 2021 - 21:15 WIB

Istri PB XII Tutup Usia, Saatnya Regenerasi Pengelolaan Keraton Solo?

Kurniawan  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak dari Maha Menteri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, K.G.P.H.P.A Tedjowulan, yaitu B.R.A. Putri Woelan Sari Dewi ketika bersama neneknya, Kanjeng Raden Ayu Retnodiningrum. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO - Petugas Humas dari Maha Menteri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, K.G.P.H.P.A. Tedjowulan, K.P. Bambang Pradotonagoro, menilai sudah saatnya dilakukan persiapan regenerasi pengelolaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

“Dengan meninggalnya K.R.A. Retnodiningrum sudah menjadi pertanda sudah harus mulai adanya regenerasi. Karena semua sudah berumur. Pengelolaan keraton harus mulai diturunkan kepada yang muda-muda. Kalau generasi Sinuhun Hangabehi dan Maha Menteri kan sudah yuswo,” ujar dia saat diwawancara Solopos.com, Sabtu (15/5/2021) sore.

Advertisement

Baca Juga: Petugas Rutan Solo Temukan Handphone, Diduga Dilempar dari Luar Dinding Rutan

Menurut Bambang regenerasi pengelolaan Keraton sudah selayaknya jatuh kepada para cucu PB XII atau wayah dalem. “Belajar dari pengalaman, semua isyarat alam sudah menunjukkan. Kami melihat dari aspek itu. Keraton ke depan harus diwariskan kepada generasi penerus, seperti Jeng Putri [B.R.A. Putri Woelan Sari Dewi] dan lainnya,” ujar dia.

Bambang meminta langkah mempersiapkan wayah-wayah dalem sebagai penerus pengelolaan keraton jangan selalu dibenturkan dengan adat. Dia mengakui adat itu harus terus dipegang, tapi adat juga harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi, atau zaman. Bila tidak demikian, dia menilai adat bisa digilas oleh zaman.

Advertisement

“Jangan sampah wayah-wayah dalem tidak dipersiapkan. Dari sisi manajemen, pengelolaan, bagaimana keraton ke depan, apa fungsi kerato, dan seterusnya. Jangan seperti sekarang ini, mohon maaf kami dari luar melihat, teman-teman budayawan, sejarawan juga, keraton sebagai tuntunan sudah hilang, tapi menjadi tontonan,” terang dia.

Bambang mencontohkan Keraton Kasunanan Surakarta lebih cenderung menjadi tontonan karena perselisihan yang terjadi atau pro kontra. Dia mendorong agar Keraton Kasunanan Surakarta bisa kembali menjadi tuntuan bagi masyarakat. Termasuk dalam pengelolaan fisik Keraton agar terpelihara dengan baik, termasuk adat istiadatnya.

Baca Juga: Pasar Tunggu Kebangkitan Kerajinan Kuningan Juwana

Advertisement

Penuturan senada disampaikan cucu dari PB XII, B.R.A. Putri Woelan Sari Dewi. Menurut dia sudah saatnya semua wayah dalem ikut berpikir dan membantu dalam melestarikan Keraton Kasunanan Surakarta. Tidak hanya dalam melestarikan fisik atau bangunan Keraton, tapi yang juga penting pelestarian adat istiadat atau warisan luhurnya.

“Pengelolaan keraton saya rasa kalau melihat kerajaan lain, pasti ada take over atau estafetnya. Artinya bagaimana heritage ini bisa tetap menjadi peradaban yang baik. Karena ketika saya berbicara dengan teman-teman di Jakarta saat diskusi, mereka bilang memang Keraton Solo itu salah satu bagian peradaban dunia, harus dilestarikan,” urai dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif