Soloraya
Sabtu, 20 November 2021 - 17:21 WIB

Jadi Bupati Sragen, Siswa SMAN 3 Ini Angkat Isu Kesehatan Mental Anak

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelajar SMAN 3 Sragen, Putri Regina (dua dari kiri) mengikuti rapat virtual bersama Gubernur Jawa Tengah di Ruang Sragen Command Center, Sabtu (20/11/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Siswi Kelas XII SMAN 3 Sragen, Putri Regina, merasa senang dan bersemangat saat menggantikan Kusdinar Untung Yuni Sukowati sebagai Bupati Sragen, meski hanya tiga jam.

Selama jadi Bupati Sragen, pelajar asal Sribit, Sidoharjo, Sragen itu melakukan rapat virtual bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Sabtu (20/11/2021). Ia membahas tentang kesehatan mental anak di masa pandemi bersama orang nomor satu di Jateng tersebut.

Advertisement

Putri berkesempatan menjadi Bupati Sragen lewat program yang diadakn Unicef memperingati Hari Anak Sedunia bertajuk Kids Take Over atau Anak Berbagi Peran. Unicef menilai anak-anak memiliki pandangan dan gagasan baru, inovatif, dan kreatif terhadap pemecahan masalah-masalah yang memengaruhi nasib mereka.

Peringatan Hari Anak Sedunia menjadi momentum untuk mendengarkan suara anak-anak. Seklaigus mempertimbangkan pandangan mereka dan mengingatkan komitmen pemimpin di dunia untuk pemenuhan hak dan perlindungan anak.

Advertisement

Peringatan Hari Anak Sedunia menjadi momentum untuk mendengarkan suara anak-anak. Seklaigus mempertimbangkan pandangan mereka dan mengingatkan komitmen pemimpin di dunia untuk pemenuhan hak dan perlindungan anak.

Baca Juga: Siswi SMAN 3 Sragen Gantikan Bupati Yuni Rapat dengan Gubernur Jateng

Putri mengatakan program Kids Take Over ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak Sragen. Meski sehari memimpin, program ini mampu menginspirasi hidup anak. “Saat saya menjadi Bupati, rasanya senang sekali. Saya menyampaikan gagasan saya tentang kesehatan mental anak di Sragen di saat pandemi Covid-19. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) itu ternyata berdampak pada kesehatan mental anak,” ujar Putri saat berbincang dengan Solopos.com lewat Whatsapp, Sabtu.

Advertisement

Anak Jadi Pelampiasan

Di sisi lain, Putri mengatakan selama pandemi Covid-19 banyak orang tua yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ada yang usahanya bangkrut, dan seterusnya. Di saat situasi ekonomi yang memburuk itulah, justru orang tua harus mengeluarkan uang lebih untuk menyediakan handphone, laptop dan lainnya untuk keperluan PJJ. Di tengah kondisi itu, kadang anak menjadi pelampiasan kemarahan orang tua.

Baca Juga: Semarak, 8 Desa di Kawasan Sangiran Buka Pasar Budaya Bersamaan

“Kondisi sekarang sudah berbeda. Pembelajaran sudah dilakukan tatap muka meskipun masih terbatas. Kami meminta supaya sistem pendidikan, khususnya di Sragen, diubah untuk memperbaiki mental anak. Konsepnya bisa menggunakan model pembelajaran merdeka belajar. Artinya, pembelajaran itu tidak penuh di sekolah tetapi diselingi dengan kegiatan outing class. Dengan model itu anak tidak jenuh dan justru tertantang mengeksplorasi minat dan bakat mereka,” jelas Putri.

Advertisement

Putri mengungkapkan dengan model pembelajaran tersebut kesehatan mental anak lebih membaik. “Dalam waktu dekat, kami akan mengadakan seminar parenting untuk kesehatan mental anak di sekolah-sekolah atau ke desa-desa. Kami berkoordinasi dengan wali kelas atau pemeirntah desa supaya bisa menyampaikan isu kesehatan mental anak itu supaya tidak bertambah parah,” ujar Putri yang juga Sekretaris Forum Anak Sukowati (Forasi) Sragen itu.

Hal senada disampaikan Lintang Angrenggani Kusumaratri, siswa Kelas X SMAN 1 Gondang, Sragen, yang berkesempatan menggantikan posisi Udayanti Proborini sebagai Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Sragen. Pelajar asal Margoasri, Puro, Karangmalang, Sragen itu, juga menyampaikan pendapatnya tentang isu kesehatan mental anak.

Baca Juga: Jembatan Batal Diresmikan Bupati Sragen, Warga Tetap Gelar Acara

Advertisement

Saat menjabat Kepala DP2KBP3A Sragen, Lintang mengambil kebijakan berkaitan isu PJJ yang membebani siswa. Kebijakan yang diambil Lintang di antaranya mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas. Lintang melanjutkan kebijakan lainnya dengan memperbarui sistem pembelajaran dengan mengombinasikan pembelajaran teori dan outing class.

“Kegiatan outing class itu bertujuan untuk menyegarkan otak anak agar tidak jenuh. Anak bisa mengepresikan diri lebih dalam dengan keterampilan dan hobi yang dimilikinya. Fasilitas penunjang lainnya juga dilengkapi, seperti taman, GOR, sanggar, rumah baca atau perpustakaan, dan seterusnya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif