Soloraya
Rabu, 3 Februari 2021 - 17:56 WIB

Jadi Korban Gempa Mamuju, 1 Keluarga Bakul Jamu di Sragen Dapat Bantuan Dinsos

Tri Rahayu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perwakilan keluarga korban gempa Mamuju, Randy Pramana Yudha (tiga dari kanan) menerima bantuan yang diserahkan Kepala Dinsos Sragen Joko Saryono di Dukuh Karangmanis RT 003, Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen, Rabu (3/2/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Dinas Sosial (Dinsos) Sragen baru mengidentifikasi adanya satu keluarga asal Sragen, Jawa Tengah, yang menjadi korban gempa bumi berkekuatan 6,2 skala Richter di Mamuju, Sulawesi Barat.

Satu keluarga asal Dukuh Karangmanis RT 003, Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen, itu merantau berjualan jamu di Kota Mamuju selama 11 tahun.

Advertisement

Ayah, Ibu, dan dua anak itu terpaksa kembali ke kampung halaman di Sragen setelah kediamannya di Mamuju luluh lantak. Mereka pulang berbarengan dengan 54 orang korban gempa dari Mamuju ke Solo dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.

Baca juga: Gerakan Jateng Di Rumah Saja Bikin Bupati Sragen Khawatir Angka Kehamilan Meningkat

Advertisement

Baca juga: Gerakan Jateng Di Rumah Saja Bikin Bupati Sragen Khawatir Angka Kehamilan Meningkat

Sebagian dari mereka ada yang dari Karanganyar, Sukoharjo, Magelang, dan daerah lainnya. Hanya satu keluarga tersebut yang berasal dari Sragen.

Mereka adalah Randy Pramana Yudha, 46, bersama istrinya, Pitri Rohayani, 39, bersama si sulung yang berumur 10 tahun dan si bungsu berumur 1 tahun. Pada Senin (25/1/2021) lalu mereka tiba di Solo dan langsung pulang ke rumah orang tua Pitri di Bentak. Sejak pulang ke Sragen, mereka tinggal di rumah ayahnya, Roni Paino, 60.

Advertisement

Baca juga: Asyik Mancing, Bocah SD Meninggal Dunia Usai Terpeleset ke Sungai Ngasem Wonogiri

Bantuan Covid-19

Bantuan jatah hidup untuk pasien Covid-19 juga diberikan kepada keluarga itu karena ada salah satu anggota keluarga yang melaksanakan isolasi mandiri di rumah. Bantuan diserahkan Joko Saryono didampingi Camat Sidoharjo Susilohono dan Kabag Umum Sekretariat Daerah (Setda) Sragen Aris Tri Hartanto serta perangkat Desa Bentak.

“Kami pulang ke Sragen dan tidak akan kembali lagi ke Mamuju. Kami berniat menetap tinggal di Sragen. Untuk status kependudukan masih ikut Mamuju, nanti akan kami urus untuk pindah penduduk ke Sragen. Soalnya di Mamuju sudah luluh lantak. Gempa itu terjadi pada pukul 02.30 WIB, saat orang tidur. Saat itu saya terpental,” ujar Randy saat berbincang dengan Kepala Dinsos Sragen.

Advertisement

Randy dan Pitri mengaku sebagai penjual jamu keliling di Mamuju. Pitri mengatakan bangunan berdiri tetapi tanah naik.

Baca juga: Gondol Motor Warga Sragen, Pemuda Blora Ditangkap di Pasar Maling Malang

Awalnya saat Mamuju diguncang gempa bermagnitudo 5,9 itu, katanya, warga panik dan lari ke pegunungan. Ditunggu sampai pukul 24.00 WIB tidak ada gempa susulan sehingga warga kembali pulang ke rumah masing-masing.

Advertisement

“Kajadiannya malah dinihari. Saat itu listrik padam, jaringan seluler mati semua. Rumah sakit juga hancur. Ada rumah dokter berlantai IV hacur dan satu keluarga dokter itu meninggal di tempat. Kami beruntung masih bisa kembali ke Sragen,” ujarnya.

Kapala Dinsos Sragen Joko Saryono menjelaskan selain menyerahkan bantuan Kasur, pakaian, alat rumah tangga, sembako, dan uang tunai, Dinsos juga akan membantu memfasilitasi untuk mengurus administrasi kependudukan keluarga itu. Dia mengatakan mereka berencana menetap di Sragen tetapi status kependudukannya masih tercatat di Mamuju.

“Jadi kami akan berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Sragen untuk mengurus administrasi kependudukannya. Nanti akan didata oleh camat. Untuk kehidupan selanjutnya, kami bisa koordinasikan dengan SKPD terkait lainnya. Misalnya membutuhkan keterampilan bisa ikut diklat di Dinas Tenaga Kerja,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif