SOLOPOS.COM - Pedagang menunjukkan makanan olahan ikan wader di warung pinggir WGM Wonogiri, Senin (15/5/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Makanan olahan ikan wader sudah lama menjadi kuliner khas yang legendaris di kawasan Waduk Gajah Mungkur atau WGM Wonogiri. Warung-warung yang menjual olahan ikan termasuk wader berderet di pinggir waduk sepanjang jalan Wonogiri-Pracimantoro.

Ada yang hanya melayani secara takeaway atau pembelian dengan dibungkus untuk dibawa pulang, ada juga yang menjualnya menjadi satu lokasi dengan warung makan dine in atau makan di tempat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ikan-ikan wader itu biasanya dijual dalam kondisi sudah digoreng matang atau siap santap. Ada yang dijual kiloan dan ada juga yang sudah dalam bentuk kemasan wadah plastik.

Meski sudah menjadi kuliner legendaris yang banyak dicari pengunjung di kawasan WGM Wonogiri, siapa sangka pasokan ikan wader yang dijual para pedagang di kawasan waduk itu ternyata lebih banyak dipasok dari luar daerah.

Sejumlah pedagang dan pengelola warung makanan ikan di pinggir WGM Wonogiri saat diwawancarai Solopos.com, Senin (15/5/2023), mengaku ikan wader yang mereka jual dipasok dari beberapa daerah seperti Semarang, Solo, dan Salatiga.

Pasokan dari lokal Wonogiri maupun dari WGM justri relatif sedikit. Kalaupun ada pasokan, para pedagang lebih memilih wader dari luar daerah karena wader dari WGM rasanya cenderung pahit.

Salah satu pedagang olahan ikan di kawasan WGM Wonogiri, Sri Haryati, mengatakan mendapat pasokan wader dari Semarang, Solo, atau Wonogiri tiga kali dalam sepekan. Sekali pengiriman biasanya mencapai 20 kg.

Dia menyampaikan di saat ramai, pembeli biasanya sampai rebutan untuk mendapatkan ikan wader yang telah menjadi kuliner legendaris di kawasan WGM Wonogiri. Namun, beberapa waktu setelah Lebaran seperti saat ini penjualan olahan ikan khas kawasan WGM Wonogiri cenderung lesu.

Penjualan Turun setelah Lebaran

Bahkan dalam sehari, kadang tidak ada pembeli di warungnya. Dibandingkan 2022 lalu, tingkat penjualan pun turun. Bahkan saat momen Lebaran 2023 ini, penjualan tidak seramai Lebaran 2022 lalu.

“Penjualan dalam sehari benar-benar enggak menentu, jadi enggak bisa dirata-rata berapa kilogram yang terjual. Kadang enggak habis, enggak balik modal, tombok,” ujar dia.

Karyawan warung olahan ikan di kawasan WGM Wonogiri lainnya, Sabar, juga mengungkapkan pemilik warung tempatnya bekerja mendapat pasokan ikan wader dari luar daerah. Setiap hari ada kiriman ikan wader rata-rata 50 kg dari Salatiga.

Ikan wader yang dijual di warung tempat Sabar bekerja harganya Rp10.000/ons atau Rp120.000/kg. Banyak pembeli di warungnya merupakan wisatawan WGM dari luar Wonogiri. Hari-hari setelah Lebaran seperti saat ini, penjualan sudah mulai sepi.

Terkait informasi yang menyebut ikan wader berada di ambang kepunahan, baik Sabar maupun Sri Haryati mengatakan belum ada pengaruhnya ke pasokan ikan wader di warung mereka. Sampai saat ini pasokan ikan wader masih aman.

Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Catur Wuryaningsih, juga mengaku belum tahu pasti soal ikan wader yang disebut terancam punah. Ia mengatakan belum ada pengkajian soal ikan wader yang sudah menjadi kuliner legendaris tersebut sejauh ini di Wonogiri.

Terancam Punah

Menurut Catur, habitat ikan wader di Wonogiri ada di sungai-sungai. Sedangkan di WGM populasinya tidak banyak, hanya di pinggiran waduk. “Tetapi menurut pernyataan [Prof Djumanto] itu, mungkin juga berlaku di Wonogiri [ikan wader terancam punah],” ucap Catur

Seperti diketahui, Guru Besar Ilmu Manajemen Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Djumanto, menyebut keberadaan ikan wader saat ini terancam punah.

Hal itu disampaikan dalam pidato pengukuhan Guru Besar berjudul Tantangan Peningkatan Produksi dan Pelestarian Sumber Daya Ikan Asli Perairan Darat Indonesia di Balai Senat UGM, Selasa (9/5/2023).

Djumanto menuturkan ada beberapa faktor utama yang mengancam keberadaan ikan air tawar asli perairan darat, termasuk ikan wader. Salah satunya akibat cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, misalnya menggunakan alat tangkap yang merusak seperti memakai setrum atau kejut listrik.

Perilaku warga melepaskan spesies ikan tertentu juga berakibat pada penurunan populasi ikan asli air tawar. Introduksi spesies asing yang invasif juga bisa menjadi kompetitor atau predator ikan asli.

“Spesies ikan yang berstatus rentan yaitu ikan wader [Rasbora lateristriata] bisa menjadi kritis ketika kualitas habitat ikan wader mengalami penurunan yang sangat drastis, sehingga tidak cocok untuk berkembang biak. Demikian halnya ikan yang berstatus risiko rendah bisa menjadi rentan jika tingkat penangkapan dan gangguan antropogenik lainnya sangat tinggi,” jelas Djumanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya