SOLOPOS.COM - Kuliner ikan wader (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Ikan wader menjadi kuliner khas di berbagai daerah salah satunya di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Jawa Tengah. Kini ikan wader di alam bebas berada dalam ancaman kepunahan.

Selama ini wader goreng menjadi menu favorit bagi para wisatawan yang berkunjung WGM Wonogiri. Di sekitar WGM Wonogiri akan dengan mudah ditemui warung yang menjual ikan wader. Selain disantap secara langsung, wader goreng kerap jadi oleh-oleh.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Saat momen-momen liburan seperti Tahun Baru arau Lebaran, pedagang bisa menjual hingga ratusa kilogram ikan wader selama musim liburan. Ikan wader di WGM Wonogiri biasanya terdapart dua jenis yaitu wader biasa dan wader goreng dengan sedikit duri. Ikan wader dengan sedikit duri biasanya dijual lebih mahal.

Ikan wader sebagai kuliner lokal sudah mengakar cukup lama di masyarakat Pulau Jawa. Warga Betawi menyebutnya ikan cere, orang Sunda menyebutnya ikan paray, sedangkan wader umum digunakan di Jawa Tengah dan Timur.

Dilansir dari indonesia.go.id, beberapa waktu lalu, jejak wader sebagai salah satu kuliner orang Jawa terekam jelas dalam Kitab Centhini yang ditulis Yosodipura II (1814). Di Kitab Centhini disebutkan wader menjadi hidangan lauk seperti halnya ikan gurame, tambra (sejenis ikan mas), dan lele.

Selain di WGM Wonogiri, daerah lain juga punya kuliner khas  ikan wader. Di Kota Pekalongan misalnya kuliner sega megana selalu menyertakan wader.

Begitu pula di Blitar ada rumah makan bernama Jeng Sus yang menyediakan wader goreng dalam paket nasi pecel. Resto elite di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali tidak melupakan ikan wader pepes atau goreng siap tersaji dalam paket nasi rames khas Bali untuk suguhan kuliner para tamu.

Kini ikan wader di alam bebas disebut terancam punah. Hal itu disampaikan Guru Besar Ilmu Manajemen Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Djumanto.

Kerentanan yang dialami ikan wader ini terjadi karena beberapa faktor. Bahkan, statusnya dapat meningkat menjadi kritis jika kualitas habitat ikan wader mengalami penurunan yang sangat drastis sehingga tidak cocok untuk berkembang biak.

Hal itu disampaikan Djumanto dalam pidato pengukuhan Guru Besar berjudul Tantangan Peningkatan Produksi dan Pelestarian Sumber Daya  Ikan Asli Perairan Darat Indonesia di Balai Senat UGM, Selasa (9/5/2023).

Djumanto menuturkan ada beberapa faktor utama yang mengancam keberadaan ikan air tawar asli perairan darat, termasuk ikan wader. Ancaman tersebut sangat tinggi dengan jenis yang cukup beragam.

Salah satunya, lanjut dia, cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan misalnya menggunakan alat tangkap yang merusak seperti memakai setrum atau kejut listrik.

Bukan itu saja, perilaku pemancing ikan maupun penggemar ikan yang kurang bertanggung jawab pun bisa menyebabkan kerentanan ikan wader. Perilaku itu seperti melepaskan spesies ikan tertentu yang berakibat pada penurunan populasi ikan mangka. Kemudian introduksi spesies asing yang invasif bisa menjadi kompetitor atau predator ikan asli.

Dia menuturkan gambaran perairan umum darat di DIY masih menyimpan sebanyak 47 jenis ikan meliputi 42 jenis ikan lokal/asli dan 5 jenis ikan introduksi yakni ikan red devil, guppy, nila, spau-sapu, dan ekor pedang.

Sedangkan berdasarkan status keberadannya, ikan berstatus risiko rendah sebanyak 83%, ikan berstatus belum dievaluasi sebesar 13%, dan yang berstatus informasi data kurang dan rentan masing-masing 2%.

“Spesies ikan yang berstatus rentan yaitu ikan wader [Rasbora lateristriata] bisa menjadi kritis ketika kualitas habitat ikan wader mengalami penurunan yang sangat drastis, sehingga tidak cocok untuk berkembang biak. Demikian halnya ikan yang berstatus risiko rendah bisa menjadi rentan jika tingkat penangkapan dan gangguan antropogenik lainnya sangat tinggi,” jelas dia yang dikuti dari laman resmi UGM, Jumat (12/5/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya