Solopos.com, SRAGEN — H, 18, remaja asal Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ditemukan tewas gantung diri di kamar rumahnya, Selasa (3/11/2020) siang.
Informasi yang dihimpun Solopos.com, sebelum mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, korban sempat menonton televisi bersama ibu dan kedua adiknya sekitar pukul 12.30 WIB.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Tidak lama kemudian, korban masuk ke dalam kamar. Setengah jam kemudian, adik korban bermaksud mengambil selimut di kamar kakaknya. Namun, saat itu kamar kakaknya tengah terkunci.
Ia pun mengintip dari celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Ia kaget saat melihat tubuh kakaknya dalam kondisi menggantung menggunakan kain seprai yang terikat tali usuk.
Pak Ko Mantan Preman Kondang di Klaten Ternyata Pernah Kuliah Hukum
Mendengar teriakan itu, ibu korban sempat mengintip dari ruang tengah, tempat ia menonton televisi. Ia sempat mengira anaknya itu bercanda.
Namun, setelah dipanggil berkali-kali ia tidak mendengar respons dari anaknya. Selanjutnya, si ibu mendobrak pintu kamar anaknya itu.
Ia kaget saat menadapi tubuh anaknya sudah dalam posisi gantung diri di kamar rumahnya di Mondokan Sragen. Sang ibu menangis histeris sambil memanggil nama suaminya.
Polisi
Informasi adanya pemuda yang gantung diri itu sampai akhirnya sampai ke Polsek Mondokan. Polisi kemudian datang ke lokasi bersama petugas medis dari puskesmas setempat.
Sebelum polisi datang, warga sudah menurunkan tubuh korban. Hasil pemeriksaan di tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan. Polisi menduga korban meninggal dunia murni karena gantung diri.
"Keluarga korban tidak menghendaki dilakukan autopsi. Mereka menerima kejadian itu sebagai musibah. Mereka sudah membuat surat pernyataan penolakan autopsi," papar Kasubag Humas Polres Sragen, Iptu Suwarso, mewakili Kapolres Sragen, AKBP Yuswanto Ardi.
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui secara pasti penyebab remaja di Mondokan Sragen itu nekat gantung diri. Namun, berdasarkan keterangan dari keluarga dan tetangga, korban mengalami perubahan sikap sepulang merantau dari Papua.
"Keseharian korban sepulang dari Papua menjadi sangat pendiam. Dia sering mengurung diri di kamar. Ia jarang berkomunikasi dengan keluarga maupun tetangga," papar Suwarso.