Soloraya
Rabu, 9 Februari 2022 - 20:20 WIB

Jadi Perdebatan, Sejarawan Dorong Penelitian Ulang Hari Jadi Kota Solo

Kurniawan  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta Kirab Boyong Kedhaton menuju Jl. Jendral Sudirman Solo, Sabtu (18/2/2017). (M Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Hari jadi Kota Solo yang diperingati setiap 17 Februari menimbulkan perdebatan mengenai ketepatannya. Beberapa sejarawan dan pencinta sejarah Kota Solo memiliki pandangan berbeda mengenai tanggal berapa sebenarnya hari jadi Kota Solo.

Advertisement

Ada yang menyebut hari jadi Kota Bengawan yang sebenarnya adalah 20 Februari 1745. Namun ada juga yang menyebut hari jadi yang ditandai dengan berpindahnya Kerajaan Mataram dari Kartasura ke Desa Sala itu setelah tahun 1745.

Menanggapi hal tersebut, para sejarawan mendorong dilakukannya penelitian kembali ihwal hari jadi Kota Bengawan. Seperti disampaikan sejarawan Solo yang juga Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, kepada Solopos.com, Rabu (9/2/2022) siang.

Advertisement

Menanggapi hal tersebut, para sejarawan mendorong dilakukannya penelitian kembali ihwal hari jadi Kota Bengawan. Seperti disampaikan sejarawan Solo yang juga Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, kepada Solopos.com, Rabu (9/2/2022) siang.

Baca Juga: Hari Jadi Kota Solo Disebut Bukan 17 Februari 1745, Kok Bisa?

“Kita memahami memang ada dua versi itu. Kalau hitungan Jawa jatuhnya versi keraton itu, kalau versi hitungan Eropa beda. Dulu memang kalau tercatat dalam babad hitungannya Jawa. Sebaiknya perlu ada pencarian yang lebih valid,” ujarnya.

Advertisement

Diskusi Kolektif

Heri mengakui keputusan menetapkan 17 Februari 1745 sebagai hari jadi Kota Bengawan pun sudah melalui kajian. Namun hal itu harus tetap membuka ruang bagi munculnya dialektika atau diskusi kolektif untuk memberikan perspektif yang luas.

Baca Juga: Canthik Kyai Rajamala Jadi Inspirasi Logo HUT Kota Solo, Ini Gambarnya

“Jadi kalau ada inisiatif yang ingin memberikan perspektif yang lebih luas, bisa diseminarkan. Karena yang namanya pengetahuan itu sifatnya terbuka dan ada dialektika. Saya pernah mengobrol dengan Gusti Dipo Kusumo soal tema itu,” sambung Heri.

Advertisement

Penuturan senada disampaikan Kaprodi Sejarah UNS Solo, Susanto, dalam wawancara dengan Solopos.com melalui telepon, Rabu. Menurut Susanto memang diperlukan adanya kajian atau penelitian ulang ihwal hari jadi Kota Solo. Sebab ada beberapa versi waktu hari jadi Kota Solo.

Salah satunya versi yang ia baca merujuk catatan perjalanan Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem baron Van Imhoff pada 31 Desember 1745. Di catatan itu menurut Susanto disebutkan kondisi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat belum jadi.

Baca Juga: Sejarah Solo: Saat Keraton Pindah 1745, Amerika Masih Koloni Inggris

Advertisement

“Nah kalau dilogika berarti kan belum ada pindahan dari Kartasura pada Februari 1745. Karena pada Desember 1745 saja belum jadi, apalagi Februari. Makanya saya tak bisa menetapkan tanggalnya. Tapi kemungkinan tidak pada tahun 1745,” katanya.

Almanak Pakem Keraton

Susanto meyakini pindahan Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala dilakukan setelah tahun 1745. “Kalau akhir tahun belum, kan mungkin lebih. Paling tidak 1746. Jadi mengenai tahun [boyong kedhaton] kemungkinan tidak tepat,” imbuhnya.

Seperti diberitakan, Hari Jadi Kota Solo yang selama ini diperingati setiap tahun pada 17 Februari dinilai tidak tepat. Pegiat Javanologi, Dani Saptoni, saat diwawancarai Solopos.com, Rabu (9/2/2022), mengatakan pemindahan Keraton Mataram dari Kartasura ke Sala merujuk Babad Giyanti dan Serat Sri Ladya Laksana terjadi pada 17 Sura 1670 tahun Jawa.

Baca Juga: Sejarah Solo: Sikap Plin-Plan PB II dan Pemberontakan di Keraton Baru

Jika dikonversi berdasarkan surat Almanak pakem yang dipakai Keraton Kasunanan dari dulu sampai sekarang, Dani menyebut tanggal 17 Februari 1745 kurang tepat.

“Itu konversinya ke penanggalan Masehi seharusnya 20 Februari 1745. Jadi seharusnya kalau sesuai pakem di Keraton Kasunanan Surakarta, boyong kedhaton dari Kartasura bukan pada 17 Februari 1745, tapi 20 Februari 1745,” katanya Dani yang juga ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif