SOLOPOS.COM - Sejarah Sekaten di Solo. (KITLV)

Solopos.com, SOLO–Sejarah Sekaten di Solo tidak lepas dari sebuah tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sejarah Sekaten di Solo merupakan acara tahunan yang digelar sejak abad ke-15.

Mengutip dari Surakarta.go.id, Kamis (7/9/2023), sejarah Sekaten di Solo ini berkaitan erat dengan sejarah penyebaran agama Islam yang ada di Pulau Jawa.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Wali Songo menjadi tokoh utama lahirnya tradisi Sekaten. Sehingga, sejarah Sekaten di Solo ini menjadi sarana menyebarkan agama Islam oleh Wali Songo di Pulau Jawa.

Pada awalnya sejarah Sekaten di Solo merupakan kelanjutan upacara tradisional yang dilaksanakan oleh raja-raja Jawa sejak zaman Majapahit, sebagai bentuk upacara selamatan untuk menjaga keselamatan kerajaan.

Namun, lambat laun sejarah Sekaten ini tidak lepas dari perubahan tradisi sebagai sarana penyebaran agama Islam khususnya di Jawa Tengah. Penyebaran agama Islam yang ada di Jawa Tengah ini melalui media kesenian gamelan.

Dalam sejarah Sekaten, Gamelan dijadikan sebagai media penyebaran agama Islam, dikarenakan pada waktu itu masyarakat Jawa menggemari kesenian Jawa yaitu gamelan.

Hingga pada akhirnya peringatan Maulid Nabi Muhammad pada acara sekaten tidak lagi menggunakan rebana, melainkan menggunakan gamelan sebagai pengiring untuk melantunkan selawat.

Sejarah sekaten di Solo ini diikuti kegiatan pasar malam selama sebulan penuh. Tanda bahwa pagelaran Sekaten dimulai yaitu dengan membunyikan gamelan yang akan diarak ke masjid.

Acara ini akan berlangsung pada 5 hingga 12 Rabiul Awal, yang mana pada tanggal ini gamelan akan ditabuh atau dibunyikan secara terus menerus. Setelah sejarah Sekaten di Solo dilanjutkan dengan Grebeg Maulud.

Sejarah Sekaten di Solo ini juga tidak lepas dengan kegiatan Grebeg Maulud. Acara ini diselenggarakan pada 12 Rabiul Awal. Grebeg Maulud adalah puncak acara dalam tradisi atau sejarah sekaten di Solo.

Di dalam Grebeg Maulud terdapat gunungan yang terbuat dari beras ketan, buah-buahan, makanan, dan sayur sayuran. Gunungan ini ditujukan sebagai wujud doa dan selamatan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan. Setelah didoakan, gunungan ini akan dibagikan ke masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya