SOLOPOS.COM - Segaran Taman Sriwedari, Kota Solo, Jawa Tengah pada akhir 2020. (Dokumen Solopos)

Solopos.com, SOLO–Kolam Segaran di area Taman Sriwedari menyimpan nilai sejarah yang unik dan menarik. Di tengah kolam, ada lubang besar yang disebut gua swara yang berfungsi untuk menyimpan gamelan Jawa milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo).

Taman Sriwedari dibangun oleh Raja Keraton Solo, Paku Buwono X di lahan seluas 10 hektare. Selain kolam segaran, ada beberapa bangunan yang memiliki nilai histori tinggi meliputi Gedung Wayang Orang, Museum Radya Pustaka, dan Stadion R. Maladi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dahulu, taman tersebut merupakan kebon rojo atau kebun raja. Keluarga raja kerap mengunjungi taman itu untuk berkumpul dan bersantai. Mereka juga sering menghabiskan waktu di sekitar kolam segaran yang letaknya di tengah taman.

Koordinator Soerakarta Walking Tour, Muhammad Apriyanto, mengatakan informasi detail yang mengupas Taman Sriwedari bersumber dari Babad Taman Sriwedari. Termasuk kolam segaran, panti pangaksi, dan gua swara.

“Foto-foto kolam segaran zaman dahulu juga terdokumentasikan. Dulu, kolam segaran cukup luas. Lambat laun, terjadi pendangkalan sehingga kondisinya seperti sekarang ini,” kata dia, Selasa (29/8/2023).

Apri, sapaan akrabnya, mengatakan ada gumuk atau pulau kecil di tengah kolam yang dilengkapi dengan jembatan lengkung. Di pulau kecil itu, ada bangunan kecil yang disebut panti pangaksi. Biasanya, keluarga raja berkumpul dan bersantai di panti pangaksi.

Di sekitar bangunan panti pangaksi, banyak terdapat arca atau patung serta ornamen-ornamen cantik lainnya. “Mungkin sebagian arca masih ada di sekitar kolam. Yang jelas, terjadi pendangkalan air di kolam,” papar dia.

Tepat di bawah panti pangaksi, ada lubang besar yang diberi nama gua swara. Konon, gua swara difungsikan untuk menyimpan seperangkat gamelan Jawa.

Saat waktu-waktu tertentu, para abdi dalem Keraton Solo membunyikan gamelan Jawa. “Gamelan Jawa itu hanya dibunyikan saat Sinuhun tedhak mariksani taman. Jadi saat Sinuhun menikmati kondisi taman diiringi alunan suara gamelan Jawa,” papar dia.

Dalam Babad Taman Sriwedari berbunyi Ing ngandhap panggungan nama guwa swara, amargi Wiwit malem salikur guwa ngriku kadedekan gangsa tinabuh ngrangin, sinindhenan taledhek ingkang pinunjul ing swara.

Apri meyakini gua swara itu terpendam tanah dan lumpur akibat pendangkalan air kolam segaran. “Mengapa disebut gua swara karena alunan suara gamelan Jawa berasal dari lubang di gumuk atau pulau kecil di tengah kolam,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya