Soloraya
Jumat, 11 Maret 2022 - 06:00 WIB

Jadi Tradisi Jelang Ramadan, Ternyata Ini Makna Nyadran

Afifa Enggar Wulandari  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ziarah. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Masyarakat Jawa mengenal tradisi nyadran yang biasanya dilakukan saat Syaban, bulan sebelum Ramadan. Ritual tahunan tersebut yang diwujudkan dengan ziarah dan membersihkan makam leluhur, memanjatkan doa, dan tabur bunga (nyekar).

Dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Tradisi Bangsa” karya Yanuar Endar Prasetyo, tertulis sadranan adalah tradisi yang dilakukan orang Jawa setiap menjelang Ramadan, tepatnya pada bulan Syaban (kalender Hijriah) atau Ruwah (kalender Jawa).

Advertisement

Makna dari kegiatan terseut adalah untuk mengucapkan rasa syukur secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur. Tradisi nyadran merupakan kebudayaan yang telah tumbuh di kalangan muslim Jawa.

Baca Juga: Nyadran, Tradisi Pemersatu Warga di Desa Wadas

Advertisement

Baca Juga: Nyadran, Tradisi Pemersatu Warga di Desa Wadas

Hingga saat ini, tradisi tersebut masih banyak dilakukan. Biasanya, nyadran dilakukan di kampung atau desa masing-masing sesuai tanggal yang telah ditentukan.

Pengamat kebudayaan Jawa yang juga dosen Kebudayaan Jawa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Suyatno, berpendapat nyadran merupakan akulturasi. Tepatnya akulturasi budaya Jawa, Hindu, dan Islam.

Advertisement

Baca Juga: Sambut Ramadan, Begini Tradisi Nyadran di Makam Sentono Ngijo Semarang

Suyatno menambahkan tradisi serupa nyadran sudah ada pada masa Hindu-Buddha. Sebelum berkembangnya Islam di Nusantara (Jawa), upacara serupa nyadran dulunya dilakukan sebagai bentuk pemujaan roh leluhur.

Sraddha, begitu istilah upacara tersebut. Kata tersebut yang pada akhirnya diucapkan oleh masyarakat menjadi nyadran. Meski tak seramai tahun-tahun sebelum pandemi, para peziarah mulai mendatangi makam kerabatnnya.

Advertisement

Baca Juga: Tradisi Nyadran di Solo Tetap Jalan di Tengah Pandemi Covid-19

Salah satunya Alfiyani, 22, warga Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Solo. Alfiyani berziarah di TPU Purwoloyo, Jebres, Kamis (10/3/2022), atau tanggal 7 Ruwah 1955. Ia mengaku selalu melakukan ziarah makam keluarga sebelum Ramadan.

“Iya biasa gini. Di desa asal [Kabupaten Boyolali] juga iya kalau sebelum Puasa,” katanya saat diwawancarai Solopos.com, Kamis.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif