Soloraya
Sabtu, 2 Oktober 2021 - 08:32 WIB

Jaga Eksistensi, Wayang Orang Sriwedari Bergantung pada Medsos

Ika Yuniati  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seniman mementaskan wayang orang dengan lakon Sang Parikesit di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari, Solo, Kamis (30/9/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Bayangan miliki Gedung Wayang Orang (GWO) representatif yang menjadi wacana besar Pemerintah Kota (Pemkot) Solo 2019 silam perlahan hilang. Tantangan baru mulai dihadapi seniman Wayang Orang Sriwedari memasuki tahun pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.

Pentas yang biasanya digelar harian di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari harus mandek hampir setengah tahun. Sampai akhirnya bertahan dengan kebiasaan baru yakni panggung terbatas mulai Juli 2020 silam. Pentas didukung hanya separuh personel, tanpa penonton.

Advertisement

Di usia ke-111 ini para pemain wayang orang yang berjumlah 64 berkomitmen tetap menghidupkan warisan tradisi dengan segala konsekuensi. Salah satu cara yang digunakan yakni memilih media sosial (medsos).

Publikasi melalui Instagram hingga akun TikTok pun dipilih agar nyala mempertahankan seni tradisi tetap terjaga di masa sulit ini.

Advertisement

Publikasi melalui Instagram hingga akun TikTok pun dipilih agar nyala mempertahankan seni tradisi tetap terjaga di masa sulit ini.

Baca Juga: Disdik Solo Ancang-Ancang Mendata Siswa SD, Segera Divaksin Covid-19?

“Kami aktif promosi melalui media sosial seperti Instagram. Lalu kadang juga update di akun Tiktok. Ini upaya kami. Jangan sampai wayang wong dilupakan karena sekarang juga jarang pentas,” kata salah satu pemain muda, Irizal Suryanto, 28, saat ditemui seusai Jamasan gamelan di GWO, Jumat (1/10/2021).

Advertisement

Irizal yang menjadi bagian dari GWO sejak masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini melihat seni tradisi kian bergeliat di masa pandemi. Tak ada panggung langsung seperti dulu.

Namun Medsos jadi wadah baru yang mendukung perkembangannya. Banyak anak muda yang mengapresiasi melalui komentar langsung di Tiktok maupun Instagram. “Tantangannya di Medsos, kalau pas pentas langsung kita tau bagaimana komentar mereka secara langsung di laman komentar,” kata Irizal.

Baca Juga: 5 RS Rujukan di Solo Sudah Tak Lagi Merawat Pasien Covid-19

Advertisement

Terkendala Alat

Koordinator GWO Heri Karyanto mengamini bahwa perkembangan Medsos sangat membantu. Sebelum Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pentas luring mereka hanya disaksikan dengan penonton terbatas. Yakni hanya 25% dari jumlah kapasitas pengunjung.

Sementara, pemainnya hanya 32 orang dari total 64. “Dulu sebelum PPKM penonton terbatas, jadi ada orang yang enggak bisa ikut nonton langsung. Makanya kami inisiatif mengunggah rekaman pentas di kanal YouTube Dinas Kebudayaan Surakarta,” kata dia, Jumat.

Namun ada beberapa kendala yang menurutnya jadi catatan. Di antaranya yakni soal peralatan teknis yang tidak mendukung. Sehingga mereka sering kesulitan menggelar pentas hybrid dengan livestreaming.

Advertisement

“Peralatan kami kurang memadahi untuk livestreaming. Padahal eranya sudah digital. Kalau dipaksakan hasilnya jadi kurang maksimal. Makanya kami antisipasi dengan merekam pentas terlebih dahulu baru setelahnya dokumentasi pentas diunggah di Youtube,” kata dia.

Baca Juga: Hari Batik Nasional: Untuk Kali Pertama Keraton Solo Ikut Kolaborasi

Kolaborasi seni tradisi dengan teknologi ini jadi hal baru untuk Heri. Sejauh ini Sumber Daya Manusia (SDM) di GWO menurutnya sudah cukup mumpuni. Apalagi didukung mayoritas anak muda.

Di sela-sela perbincangan dia juga mengatakan kebutuhan gedung baru yang lebih representatif. Namun, ia sadar betul mimpi lama tersebut tidak bisa diwujudkan dalam waktu dekat.

Mengingat pemerintah masih konsentrasi dalam pemulihan ekonomi karena pandemi. “Harapan ya pandemi segera berakhir, bisa pentas lagi. Bisa menghibur masyarakat lagi. Berharap ke depan lebih diperhatikan oleh pembangku kebijakan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif