SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Sekaran, Desa Banaran, Kecamatan Delanggu, Klaten, melepasliarkan burung untuk menjaga keseimbangan alam, Minggu (26/11/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Riuh anak-anak hingga orang dewasa mengiringi burung-burung mengepakkan sayap keluar sangkar di halaman Sanggar Bocah Jawa, Dukuh Sekaran, Desa Banaran, Kecamatan Delanggu, Klaten, Minggu (26/11/2023). Sebanyak 150 burung berhamburan keluar sangkar menuju alam bebas.

Beberapa burung langsung nangkring di dahan pohon halaman sanggar yang tumbuh menjulang. Seekor burung terlihat kepayahan untuk terbang dan hinggap di dahan yang rendah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sembari mengenali lingkungan sekitarnya di alam bebas, burung itu terus berusaha berpindah tempat dari satu dahan ke dahan lainnya yang lebih tinggi. Sementara warga kegirangan di halaman sanggar.

Mereka diliputi rasa senang akhirnya bisa melepaskan burung aneka jenis itu ke alam bebas. Doa mereka menyertai agar burung-burung itu bisa bertahan di alam bebas dan kicauan mereka mewarnai ruang udara kampung.

Pada pagi menjelang siang itu, warga Sekaran menggelar aksi pelepasliaran satwa burung ke alam bebas. Sebanyak 150 burung yang dilepasliarkan jenisnya beragam seperti tekukur, cucak Jawa, prenjak, pleci, blantik, kutilang, serta prenjak Jawa.

Burung-burung itu dibeli warga di pasar burung dari hasil swadaya serta donasi. Kegiatan itu menjadi rutinitas warga di perkampungan yang dihuni puluhan keluarga setiap tahun pada November yang bertepatan dengan bulan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.

Kegiatan itu sudah berlangsung selama lima tahun terakhir. Aksi tersebut tak lain untuk menjaga keseimbangan alam lingkungan di kawasan perkampungan yang diapit jalan raya Solo-Jogja dan jalur rel kereta api (KA).

Aksi itu bermula dari keprihatinan warga terhadap keberadaan satwa burung di alam bebas Dukuh Sekaran. Dulu, kampung itu kerap didatangi para pemburu burung dari luar kampung.

Larangan Memburu Burung

“Dulu populasi burung di sini banyak. Kemudian pemburu datang dan mengambil [burung di alam liar] dalam jumlah banyak. Keberadaan burung ini harus dilindungi. Di sisi lain, di kampung kami banyak pohon tinggi yang bisa menjadi tempat hidup burung di alam bebas. Ini yang menginisiasi menjadikan kampung kami menjadi kampung lindung burung,” kata inisiator aksi pelepasliaran burung di Dukuh Sekaran, Riyanta, saat ditemui wartawan di sela kegiatan.

Pada 2018, warga mulai memasang plakat larangan memburu burung di Sekaran. Setahun berselang, warga mulai melakukan aksi melepasliarkan burung pada 2019. Sekitar 1.000 burung sudah dilepasliarkan warga selama lima tahun ini.

Selain melepasliarkan, warga mengawasi para pemburu yang berdatangan dan meminta mereka tak memburu burung terutama di wilayah Dukuh Sekaran. Awalnya, warga harus berdebat dengan para pemburu.

Lambat laun, para pemburu menyadari dan tak lagi melakukan perburuan terutama di wilayah Dukuh Sekaran. Untuk menjaga keberlangsungan hidup burung-burung yang dilepasliarkan, warga rutin menyebar pakan burung di halaman rumah.

Selain itu, warga sengaja menyisakan tanaman buah tetap di pohon alias tidak dipanen untuk pakan burung liar. “Kami ingin menyebarkan virus yang kami yakini ini menjadi kebaikan untuk bersama-sama melestarikan alam,” kata Riyanta.

Riyanta berharap burung-burung yang hidup bebas di Sekaran bisa beranak pinak dan alam tetap hijau. Selain itu, warga berharap bisa terus mendengar kicauan burung yang menjadi penghibur warga.

Selain pelepasliaran burung, warga menggelar penanaman pohon buah-buahan. Penanaman bibit pohon itu dilakukan warga bersama alumni SMPN 7 Solo. Selain itu, kegiatan diisi penampilan dari Mugi Dance Studio serta edukasi penanganan tawon Vespa Affinis dan workshop dari pencinta ular Exalos.

Salah satu warga Dukuh Sekaran, Suharto, 70, mengatakan satwa terutama burung di wilayah Dukuh Sekaran benar-benar dilindungi warga. “Harapan kami kegiatan seperti ini jangan sampai terhenti. Sejak ada kegiatan seperti ini, banyak perubahan. Dulu banyak pemburu burung ke sini. Kalau sekarang tidak. Sekarang kicauan burung di alam liar juga kerap terdengar terutama saat pagi dan sore,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya