SOLOPOS.COM - Kasi Intel Kejari Sragen, Mujib Syaris menerima cendera mata dari perwakilan santri saat kegiatan Program Jaksa Masuk Pesantren di Ponpes An-Nur Sragen, Kamis (23/2/2023). (Istimewa/LDII Sragen)

Solopos.com, SRAGENKejaksaan Negeri (Kejari) Sragen mengadakan Program Jaksa Masuk Pesantren/Sekolah di Pondok Pesantren (Ponpes) An-Nur binaan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sragen, Kamis (23/2/2023). Dalam kegiatan itu, Kejari mengajak seluruh santri agar menjauhi intoleransi dan paham radikal.

Kegiatan itu dihadiri Kasi Intel Kejari Sragen, Mujib Syaris, mewakili Kepala Kejari Sragen Ery Syarifah. Turut hadir dalam kegiatan itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sragen, K.H. Minanul Aziz; Ketua Dewan Penasihat Daerah LDII Sragen, K.H. Syaiful Bahrudin dan Kiai Muh. Sayuti; dan Ketua LDII Sragen, H. Soemarsono.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Perwakilan dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) juga hadir.

Jaksa Masuk Pesantren itu diadakan secara berurutan di Ponpes An-Nur dihadiri 250 orang santri yang berasal dari internal ponpes dan santri dari Ponpes Al Manshurin Gabugan Tanon; Ponpes Budi Luhur Gronong Masaran; Ponpes Al Huda Banyurip Sambungmacan, dan para remaja masjid di bawah binaan LDII Kecamatan Tangen, Sragen.

Kasi Intel Kejari Sragen, Mujib Syaris, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (24/2/2023), mengajak para santri dan pengasuh ponpes untuk menjauhi intoleransi dan radikalisasi.

Dia menjelaskan intoleransi menjadi pintu masuk seseorang untuk menjadi radikal. Sementara radikal itu, biasanya muncul dari golongan yang mayoritas, seperti di negara lain, agama mayoritas di sana cenderung melakukan intoleransi dan radikal terhadap minoritas.

Bahkan di negara lain, sebut dia, ada seorang yang beragama tertentu melakukan penembakan brutal di tempat ibadah hingga menewaskan banyak orang.

“Di Indonesia juga berpotensi munculnya kelompok yang melakukan tindakan intoleransi dan radikal. Di kegiatan Jaksa Masuk Pesantren ini sebagai upaya agar remaja tidak mudah terpapar virus intoleransi dan radikal,” jelas Mujib.

Ketua MUI Sragen, Minanul Aziz, menekankan para santri bisa melek dan tahu hukum agar tidak tersandung kasus hukum. Dia berharap pesantren yang lain juga tersentuh Program Jaksa Masuk Pesantren karena pesantren di Sragen banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya