Soloraya
Jumat, 17 Februari 2023 - 16:05 WIB

Jalan Kebanjiran, Warga dan Siswa di Sidoharjo Sragen Harus Terjang Air 70 Cm

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga membawa jerami yang diikat di sepeda onthel saat menerjang banjir untuk pulang ke rumahnya di Dukuh Newung, Desa Sribit, Sidoharjo, Sragen, Jumat (17/2/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Luapan air Bengawan Solo juga berdampak di wilayah Kecamatan Sudoharjo, Sragen, Jumat (17/2/2023). Selain menenggelamkan puluhan hektare tanaman padi, jalanan di dua rukun tetangga (RT) di Dukuh Newung, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, juga tergenang air setinggi 70 cm.

Akibatnya, motor dan mobil tak bisa masuk ke lingkungan RT itu. Warga yang ingin masuk ke RT 015 dan RT 016 Newung itu harus berjalan kaki.

Advertisement

Wakiman, 60, warga Newung RT 016, tak bisa pulang menaiki motor sambil membawa seikat besar jerami akibat banjir tersebut. Ia terpaksa berhenti di pintu masuk Newung, memarkirkan motor dan mengambil sepeda onthel. Jerami tadi ia pindahkan ke sepeda onthel lalu diikat pakai karet ban bekas.

Saking banyaknya jerami yang dibawa, sepeda onthel Wakiman sempat terguling. Setelah diberdirikan kembali, ia lantas menuntun sepeda onthelnya menerjang banjir tersebut untuk pulang.

“Sejak Kamis [16/2/2023]  pukul 23.00 WIB, air mulai datang. Paling parah hari ini dengan ketinggian sampai 70 cm,” ujarnya saat ditemui Espos, Jumat siang.

Advertisement

Kediaman Parno, 59, warga Sembukan RT 014, Desa Sribit, Sidoharjo, menjadi tempat untuk menitipkan sepeda. Ada tiga rumah yang biasa digunakan untuk titipan sepeda atau tempat untuk berganti pakaian bagi warga Newung. Akses masuk ke Newung hanya lewat Sembukan.

“Luapan  Bengawan Solo  sudah sejak Rabu (15/2/2023), tapi belum tinggi dan masih bisa dilewati. Sejak Jumat pukul 01.00 WIB air tinggi dan tidak dapat dilewati motor. Akses ke Newung itu hanya bisa jalan kaki karena ketinggian sampai 70 cm. Ada dua RT di Newung, yakni RT 015 dan RT 016,” ujar Parno.

Dia mengatakan anak-anak kalau berangkat sekolah tidak langsung memakai seragam, tapi menaruhnya di tas. Setelah menerjang banjir dan sampai Sembukan, barulah mereka berganti pakaian mengenakan seragam sekolah. Demikian pula bagi orang yang bekerja.

Advertisement

Ketua RT 015 Newung, Desa Sribit, Widodo Andi Purnomo, mengatakan ada sekitar  100 keluarga yang tinggal di dua RT di Newung. Selain jalanan, sawah puluhan hektare di Newung juga banyak yang terendam banjir. Padahal padi di sawah itu banyak yang siap panen.

“Tanaman padi itu sudah berumur 85 hari jadi sudah siap panen. Dengan tergenang air itu masih bisa panen, tapi tidak laku dijual,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif